Saat Malam Terasa Sesak: Seni Mengelola Overthinking

kumparan.com
3 hari lalu
Cover Berita

Katanya, malam adalah waktu yang tepat untuk menenangkan pikiran. Tapi mungkin bagimu, malam adalah waktu yang menyesakkan. Pikiran-pikiran itu datang tanpa diminta, seperti tamu yang tak diundang, memenuhi ruang-ruang kepala tanpa tahu kapan harus pergi. Pikiran akan masa depan yang terasa semakin kabur, kalimat yang seharusnya tak pernah terucap, dan tentang hal-hal kecil yang berubah menjadi luka hanya karena terlalu lama singgah di kepala.

Overthinking, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan situasi tersebut. Melalui The Book of Overthinking karya Gwendoline Smith, artikel ini menjadi ruangmu untuk belajar menaklukkan overthinking yang selama ini diam-diam menguasai malam.

Opini vs Fakta

Overthinking sering kali muncul karena opini buruk yang terlalu dibesar besarkan lalu mempercayainya seolah itu adalah sebuah fakta. Misalnya, ketika kamu merasa dirimu membosankan. Itu adalah opini tanpa bukti nyata yang selama ini tertanam dan kamu yakini. Smith mengajakmu untuk belajar mengubah pemikiran yang didasari opini menjadi pemikiran yang didasari oleh fakta, kebenaran, dan apa yang nyata dan bermanfaat untukmu.

Ketika kamu mendapatkan undangan reuni sekolah, misalnya. Kamu menjadi overthinking, "Duh, aku malu banget ketemu mereka. Mereka pasti udah sukses, sementara aku belum jadi apa-apa. Bagaimana kalau mereka memandangku rendah?" itu adalah sebuah opini yang bisa membuatmu tidak tidur semalaman. Sekarang kita coba mengubah mindset tersebut menjadi, "Aku yakin, mereka tidak akan memandangku rendah karena setiap orang punya prosesnya masing-masing." terlihat perbedaannya bukan? Mengubah pemikiran yang didasari oleh opini menjadi didasari oleh fakta dapat membuatmu lebih rileks.

Peta Keputusan

Kamu bisa menggunakan cara ini untuk mengelola rasa khawatir dari overthinkingmu dengan mengajukan beberapa pertanyaan bercabang.

  1. Pertanyaan I: "Sebenarnya, apa sih yang aku khawatirkan?"

  2. Pertanyaan II: "Ada nggak ya yang bisa aku lakukan untuk mengatasi masalah ini?" Jika jawabannya tidak, berhentilah merasa khawatir dan alihkan perhatian kamu. Tapi jika jawabannya ada, cari tahu apa yang dapat kamu lakukan, buatlah daftarnya.

  3. Pertanyaan III: "Ada nggak yang bisa aku lakukan sekarang?" Jika jawabannya ada, lakukan itu sekarang, alihkan perhatianmu, dan berhentilah merasa khawatir. Tapi jika jawabannya tidak, rencanakan kapan dan apa yang dapat kamu lakukan. Selanjutnya berhentilah merasa khawatir dan alihkan perhatianmu.

Berpikir yang Bermanfaat

Setelah banyak berbicara tentang pemikiran yang didasarkan pada fakta, kenyataan, dan kebenaran. Berpikir yang bermanfaat juga sangat penting dalam meredakan overthinkingmu. Ini bukan soal benar atau salah, atau bagaimana seharusnya kamu berpikir, tapi lebih ke pertanyaan sederhana, yaitu apakah pikiran tersebut membantu kamu, atau justru membuatmu semakin terjebak dalam kekhawatiran?

Ketika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, atau seseorang yang mengatakan hal buruk tentangmu, tidak perlu khawatir. Tanyakan pada dirimu apakah hal itu benar-benar layak untuk kamu pikirkan. Ingatlah untuk selalu memikirkan, "Sebenarnya, pikiran ini ada gunanya nggak sih buat aku?"

Malam yang menyesakkan mungkin tidak selalu berubah menjadi tenang, tapi setidaknya kini kamu belajar bahwa overthinking tidak akan menghalangimu. Pikiranmu adalah milikmu, dan kamu selalu punya kuasa untuk mengarahkannya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemudik Nataru Bakal Tembus 119,5 Juta Orang, Menhub Lapor ke Prabowo
• 9 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) sukses Mengadakan Konvensi Humas Indonesia
• 16 jam lalukompas.tv
thumb
Atalia Praratya Gugat Cerai Ridwan Kamil, Sidang Perdana Digelar 17 Desember
• 14 jam lalurctiplus.com
thumb
Atalia Gugat Cerai Ridwan Kamil
• 13 jam lalurealita.co
thumb
Pangkalan Udara Haluoleo Sulap Lahan Jadi Lumbung Pangan
• 15 jam lalutvrinews.com
Berhasil disimpan.