Tidak banyak orang yang berani meninggalkan sesuatu yang sudah mereka kuasai. Namun bagi Devi Astrianti, perempuan kelahiran Bogor, 20 November 1998, hidup justru membawanya ke arah baru yang tak pernah ia bayangkan.
Sejak kecil, ia tumbuh sebagai atlet pencak silat, salah satu cabang olahraga yang punya ritme tinggi dan tuntutan fisik penuh. Tapi seiring waktu, tubuhnya mulai memberi sinyal berbeda—membuatnya harus memikirkan ulang perjalanan kariernya di dunia seni bela diri.
"Awalnya, saya itu atlet pencak silat. Cuman karena melihat dari umur sudah tidak memungkinkan mengikuti pertandingan lagi dan juga berat badan itu tidak memungkinkan, kemudian akhirnya saya beralih ke olahraga panahan, karena lebih santai sih dia. Panahan lebih santai," kata Devi kepada kumparan di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (10/12).
Transformasi ini tak terjadi hanya dalam waktu sehari semalam. Ada saat-saat di mana ia merasa ragu, merasa bertanya-tanya, apakah panahan bisa memberi "gairah" yang sama seperti pencak silat.
Tak disangka, sejak pertama mencoba, Devi justru mendapati ketenangan baru. Olahraga ini menutut fokus, bukan benturan. Menuntut napas yang panjang, bukan loncatan. Dan dari situ, ia menemukan ruang kebahagiaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Perkenalan Devi dengan panahan memang belum terlalu lama. Ia baru menggeluti cabang olahraga ini sekitar tiga tahun lalu, mengawalinya dengan bergabung ke Cahaya Cakra Archery, sebuah klub panahan di Bogor yang kemudian menjadi rumah keduanya saat ini
Dalam waktu sesingkat itu, ia sudah harus beradaptasi dari ritme silat yang cepat ke tempo panahan yang jauh lebih tenang dan hening.
"Awalnya mengikuti panahan itu sulit. Cuma karena kita dilatih konsisten untuk latihan, jadi ya gampang aja," ujar Devi.
"Tapi sekarang, seru aja gitu. Ya, melihat yang panahan tuh kayaknya seru gitu sampai akhirnya ya udah kita ikut ke panahan juga. Ternyata memang seru," kata Devi sambil tersenyum.
Di panahan, Devi memilih barebow sebagai divisi yang ia tekuni. Katanya, barebow itu lebih simpel karena tak perlu alat tambahan yang rumit di busurnya.
Namun, di balik "kesederhanaan" alatnya itu, kompetisi di divisi barebow justru ketat. MilkLife Archery Challenge (MLARC) KEJURNAS Antar Club 2025 membuktikan itu.
Pada turnamen yang diinisiasi oleh Persatuan Panahan Indonesia (Perpani), MilkLife, dan Djarum Foundation itu, Devi harus bertanding dengan para pemanah hebat yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia, mulai dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, hingga Papua.
Namun, berkat latihan yang konsisten, ia berhasil menyabet juara satu di kategori barebow 50 meter babak Kualifikasi Sesi 1 dan menempati posisi ketiga di babak Total Kualifikasi.
"Nggak nyangka," ujar Devi ketika ditanya perasaannya dua kali naik podium pada turnamen yang berlangsung di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah, pada 9-19 Desember itu.
Sebelum meraih gelar di turnamen itu, Devi terlebih dahulu meraih gelar runner-up di WSS Kejurnas Umum Panahan Bali 2025 berlangsung 15-25 Oktober di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali.
Setelah itu, ia kembali meraih posisi runner-up di Hub Archery Championship atau Piala Danrem 051/Wijayakarta yang digelar di Cibubur, Jakarta Timur, pada 8-9 November.
Terbaru, Devi mendapat dua gelar di Piala Bupati Cup 2025 yang berlangsung di Stadion Mini Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang pada 5-7 Desember. Ia mendapatkannya di babak kualifikasi dan eliminasi.
"Saya lebih banyak ikut turnamen di jarak-jarak pendek, sih. Untuk jarak di 50 meter ini kan baru-baru, jadi turun di 50 meter. Lebih seringnya di 20 meter," kata Devi.
Untuk bisa sampai di titik ini, Devi menjalani pola latihan yang cukup intens. Ia paham bahwa panahan bukan hanya soal menarik busur dan melepas anak panah. Ada ketahanan tubuh, fokus, dan teknik yang harus dijaga oleh pemanah.
"Sebenarnya, latihan itu yang terpenting fisik, ya. Terus endurance kita, sama konsisten," tutur Devi.
Meski sukses meraih banyak gelar di berbagai kejuaraan, Devi tak puas sampai di sini. Perjalanannya sebagai pemanah masih terus berlanjut dan masih panjang. Ia hanya menunggu momentum berikutnya.
"Sekarang tinggal menunggu event Kejurnas MilkLife selanjutnya," ucapnya.
Dan ketika ditanyai soal target, jawabannya lugas dan penuh keyakinan.
"Harus dapat emas lagi," pungkasnya.





