Rupiah Menguat Tipis di Akhir Pekan, Terdorong Fed Rate dan Paket Ekonomi Khusus

idxchannel.com
16 jam lalu
Cover Berita

Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (12/12/2025).

Rupiah Menguat Tipis di Akhir Pekan, Terdorong Fed Rate dan Paket Ekonomi Khusus. (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (12/12/2025).

Penguatan ini didorong oleh sentimen global dari pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) dan dukungan sentimen domestik berupa rencana paket kebijakan ekonomi khusus pascabencana.

Baca Juga:
Redenominasi Rupiah Picu Pro Kontra, Youtube Jadi Arena Diskusi Ruang Publik

Di pasar spot, kurs rupiah menguat Rp30 atau 0,18 persen menjadi Rp16.646 per dolar AS. Secara mingguan, penguatan rupiah sangat tipis, hanya Rp2 dari posisi Rp16.648 per dolar AS pada akhir pekan sebelumnya.

Sementara itu, kurs referensi Jisdor juga menguat Rp16 atau 0,10 persen menjadi Rp16.652 per dolar AS.

Baca Juga:
Terkerek Sentimen Fed Rate, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.676 per USD

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyoroti bahwa sentimen positif bagi rupiah datang dari keputusan Federal Reserve (The Fed) yang telah menurunkan suku bunga Fed Funds Rate untuk ketiga kalinya pada pekan ini, menempatkannya di kisaran 3,50 persen-3,75 persen.


Menurut Ibrahim, dolar AS juga terbebani oleh data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan. 

Baca Juga:
Jelang Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.646 per USD

“Klaim Pengangguran Awal AS untuk pekan yang berakhir pada 6 Desember naik menjadi 236 ribu, naik tajam dari angka revisi naik pekan sebelumnya sebesar 192 ribu, menurut Departemen Tenaga Kerja. Data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan ini membebani Dolar AS,” ungkap Ibrahim. 

Meskipun demikian, pembuat kebijakan The Fed telah mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam pemangkasan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang "tetap agak tinggi."

“Namun, para pembuat kebijakan Fed mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam pengurangan lebih lanjut karena mereka memantau tren pasar tenaga kerja dan inflasi yang "tetap agak tinggi." Pasar saat ini memperkirakan hampir 78 persen kemungkinan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tetap stabil bulan depan,” kata Ibrahim. 

Penurunan suku bunga AS ini secara teori mengecilkan imbal hasil surat utang AS, sehingga berpotensi menarik kembali aliran dana asing ke pasar yang menawarkan return lebih tinggi, seperti pasar domestik Indonesia.

Di sisi domestik, sentimen positif datang dari rencana pemerintah untuk menyiapkan paket kebijakan ekonomi khusus bagi pemulihan pascabencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Ibrahim menyebutkan bahwa paket kebijakan ini mencakup penghapusbukuan dan restrukturisasi bagi debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang bertujuan mencegah naiknya klaim penjaminan kredit KUR.

Keringanan bagi pekerja dan perusahaan terdampak bencana, seperti penghapusan utang iuran dan denda BPJS Ketenagakerjaan dan permudah proses pencairan klaim Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Pensiun (JP).

Paket stimulus ini diharapkan dapat menjaga stabilitas dan mendorong kembali perekonomian di daerah terdampak, dengan rencana pengumuman resmi pada pekan depan.

Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dana asing telah keluar selama tiga bulan berturut-turut hingga November 2025. Imbal hasil SBN acuan tenor 10 tahun meningkat dari level terendah tahun ini di 5,93 persen pada Oktober menjadi 6,23 persen pada awal Desember, menunjukkan adanya tekanan jual.

Rupiah menguat bersama dengan mayoritas mata uang Asia, seperti Ringgit Malaysia (0,33 persen), Dolar Taiwan (0,22 persen), Baht Thailand (0,08 persen), dan Dolar Singapura (0,05 persen). Namun, Won Korea, Yen Jepang, dan Peso Filipina melemah terhadap dolar AS.

Sementara itu, Indeks Dolar AS sore ini menguat tipis 0,09 persen menjadi 98,43, setelah sempat turun dua hari berturut-turut. Bank-bank besar seperti Deutsche Bank dan Goldman Sachs memperkirakan dolar AS akan melemah tahun depan seiring penurunan suku bunga The Fed yang berkelanjutan.

Untuk perdagangan awal pekan depan (Senin), Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.640 hingga Rp16.700 per dolar AS.

(Febrina Ratna Iskana)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kabar Baik, 2026 Insentif Guru Honorer Naik Rp 100 Ribu
• 22 jam lalujpnn.com
thumb
Tragedi kebakaran Gedung Tera Drone
• 21 jam laluantaranews.com
thumb
Prabowo Ungkap Kendala Pemulihan Listrik di Daerah Terdampak Banjir dan Longsor Sumatera
• 8 jam laluliputan6.com
thumb
Presiden Minta Peringatan Dini dari BMKG Jelang Nataru Jadi Perhatian Serius
• 12 jam laluidxchannel.com
thumb
Pemerintah Jajaki Kirim Pekerja Migran Sektor Perhotelan dan Gastronomi ke Jerman
• 19 jam lalukompas.com
Berhasil disimpan.