EtIndonesia. Sepasang suami istri muda kedatangan tetangga baru yang pindah ke rumah seberang. Keesokan paginya, saat mereka sedang sarapan, sang istri melihat tetangga barunya itu sedang mencuci pakaian di halaman.
Dia pun berkata kepada suaminya : “Lihat, pakaian itu tidak bersih. Mungkin dia tidak tahu cara mencuci yang benar. Atau mungkin deterjen yang dipakainya kurang bagus.”
Suaminya hanya meliriknya dan tetap diam.
Begitulah seterusnya. Setiap kali tetangganya mencuci pakaian, sang istri selalu memberikan komentar yang sama—mengkritik, mencela, atau menilai.
Perubahan yang Mengejutkan
Sekitar sebulan kemudian, suatu pagi sang istri mendadak berseru dengan nada terkejut : “Sayang, lihat! Pakaian tetangga itu hari ini bersih! Sepertinya dia sudah belajar cara mencuci yang benar. Aku ingin tahu siapa yang mengajarinya.”
Suaminya mengangguk pelan dan menjawab tenang: “Tadi pagi aku bangun lebih awal… dan membersihkan kaca jendela kita.”
Sang istri pun langsung terdiam.
Pesan Inspiratif
Sebelum kita menilai orang lain, kita harus memastikan terlebih dahulu: “Apakah diri kita sendiri sudah bersih?”
Apa yang kita lihat tentang orang lain sangat bergantung pada seberapa jernih cara pandang kita—apakah kita melihat dengan hati yang terbuka, atau melalui debu prasangka dan emosi.
Sebelum mengkritik:
- periksa apakah kita sudah objektif,
- lihat apakah kita sudah mampu melihat sisi baik orang lain,
- jangan terburu-buru mencari kesalahan.
Karena sering kali, masalahnya bukan pada orang lain—melainkan pada “diri kita” yang perlu kita bersihkan. (jhn/yn)





