Tawuran Pelajar Kian Brutal, Kekerasan Jalanan Ancam Masa Depan Generasi Muda

tvonenews.com
9 jam lalu
Cover Berita

Jakarta, tvOnenews.com – Fenomena tawuran antar pelajar kembali menjadi sorotan serius di berbagai wilayah, terutama di kawasan perkotaan. Perkelahian massal yang melibatkan kelompok siswa ini tak lagi sekadar adu fisik, tetapi kerap disertai penggunaan senjata tajam yang berujung luka berat hingga korban jiwa. Tawuran kini menjelma menjadi ancaman nyata bagi keselamatan pelajar dan ketertiban masyarakat.

Dalam banyak kasus, tawuran dipicu konflik sepele yang kemudian membesar akibat fanatisme kelompok. Tantangan di media sosial, saling ejek, hingga provokasi daring sering kali menjadi pemicu utama pertemuan fisik di jalanan. Eskalasi kekerasan pun berlangsung cepat, tanpa mempertimbangkan risiko hukum maupun keselamatan diri.

Dari sisi internal, tawuran pelajar kerap dipengaruhi krisis identitas, lemahnya kontrol emosi, serta ketidakmampuan remaja mengelola tekanan sosial. Pada usia pencarian jati diri, banyak pelajar terjebak dalam kebutuhan akan pengakuan dan eksistensi di hadapan kelompoknya. Kondisi ini membuat mereka rentan terseret ke aksi kekerasan.

Sementara dari faktor eksternal, lingkungan pergaulan memegang peran besar. Pengaruh geng atau kelompok, minimnya pengawasan orang tua, serta lemahnya kontrol sekolah terhadap aktivitas siswa di luar jam belajar menjadi celah yang sering dimanfaatkan. Media sosial memperparah situasi, karena konflik dapat dipantik hanya lewat komentar, siaran langsung, atau tantangan terbuka yang menyulut emosi.

Dampak tawuran pun tidak main-main. Secara fisik, korban bisa mengalami luka serius, cacat permanen, bahkan kehilangan nyawa. Dari sisi psikologis, baik pelaku maupun korban berpotensi mengalami trauma, kecemasan berlebih, depresi, hingga rasa tidak aman berkepanjangan. Selain itu, konsekuensi hukum juga mengintai, karena pelaku dapat dijerat pidana, termasuk Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman berat.

Berbagai upaya pencegahan terus didorong untuk memutus mata rantai tawuran. Pengawasan ketat dari orang tua dan sekolah menjadi langkah awal, terutama terhadap aktivitas di luar jam sekolah dan penggunaan media sosial. Pembinaan karakter melalui pendidikan moral, olahraga, seni, dan kegiatan positif lainnya dinilai efektif untuk menyalurkan energi remaja. Di sisi lain, penindakan hukum tegas tetap diperlukan sebagai efek jera, disertai sinergi antara sekolah, keluarga, dan aparat keamanan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
4 Fakta Jang Ki Yong yang Bikin Penggemar Makin Jatuh Hati
• 14 jam lalubeautynesia.id
thumb
BMKG: Gempa 6,7 di Hokkaido Tidak Berpotensi Tsunami ke Indonesia
• 18 jam laluliputan6.com
thumb
Presiden Prabowo Serukan Penertiban Pembalakan Liar
• 14 jam lalutvrinews.com
thumb
Diduga Microsleep, Mobil SUV Tabrak 2 Kios dan Motor hingga Terguling
• 4 jam lalumetrotvnews.com
thumb
OJK Sebut Kinerja Industri Jasa Keuangan Kepri Tumbuh Paling Kuat di Sumatra
• 20 jam lalubisnis.com
Berhasil disimpan.