Museum Bahari Menjadi Ruang Edukasi Sejarah Kebencanaan di Jakarta

mediaindonesia.com
8 jam lalu
Cover Berita

MUSEUM Bahari dijadikan sebagai ruang edukasi memori kolektif bencana di Jakarta. Hal ini tertuang berkat kerja sama Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta dengan Unit Pelaksana (UP) Museum Kebaharian dan Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI). Terkait hal tersebut diselenggarakan juga diskusi bertajuk Membangun Memori Kolektif Masyarakat Jakarta terhadap Bencana di Museum Bahari, Jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara.

"Perlu kesiapsiagaan dari seluruh pihak dalam mengantisipasi potensi bencana yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta sebagai ibu kota negara," kata Ketua Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan (ILUNI SIL) UI Andre Notohamijoyo di Jakarta Utara, Sabtu (13/12).

Diskusi tersebut mengangkat topik terkait potensi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat di Jakarta. Hadir sebagai narasumber dalam pertemuan tersebut Andre Notohamijoyo, Ketua ILUNI SIL UI dengan moderator Kepala UP Museum Bahari Mis Ari. Andre menyampaikan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Namun, ada risiko bencana yang tinggi, mulai dari banjir, tanah longsor, erupsi gunung berapi, gempa bumi, tsunami, likuifaksi dan lainnya.

Laporan terbaru PBB berjudul World Urbanization Prospects 2025 menyebutkan bahwa Jakarta sebagai kota terpadat di dunia dengan jumlah penduduk 42 juta jiwa. Bencana seperti kebakaran, banjir, rob, gempa bumi dan lainnya perlu diantisipasi sejak dini mengingat padatnya jumlah penduduk di Jakarta berisiko menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak bila terjadi bencana.

Andre yang juga Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyebutkan, Indonesia juga perlu belajar dari Jepang dalam membangun budaya tangguh bencana di masyarakat. Indonesia dan Jepang memiliki banyak kesamaan karakter seperti negara kepulauan, konsentrasi penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan, dan juga memiliki risiko bencana yang tinggi (high-risk disaster).

Menurut dia, hal yang masih minim di Indonesia, yakni budaya tangguh bencana masyarakat. Padahal berbagai kasus bencana di Indonesia kerap menimbulkan banyak korban jiwa hingga kerugian materiil, umumnya terjadi karena kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana masih sangat minim.

"Perlu penguatan edukasi bencana secara lebih komprehensif di Indonesia," ucapnya.

Selain itu, edukasi budaya tangguh bencana telah dilakukan di Jepang sejak usia dini. Kewaspadaan terhadap bencana terus diperkuat secara sistematis dan berkesinambungan. Belajar dari Jepang, strategi pencegahan atau mitigasi yang dilakukan berbasis pada penguatan memori kolektif bangsa. Penguatan memori kolektif bangsa terdiri atas tiga komponen yaitu membangun pemahaman terhadap sejarah bencana, pengarsipan catatan dan statistik bencana serta diseminasi arsip bencana sebagai bentuk pembelajaran.

Menurut dia, perlu ada strategi khusus untuk membangun memori kolektif bangsa seperti memperkuat peran komunitas dalam melakukan diseminasi dan edukasi kebencanaan. Kemudian, pendidikan budaya kebencanaan sudah ada sejak usia dini di lingkungan keluarga. "Menumbuhkan kembali kearifan dan lokal sesuai dengan kekhasan di masing-masing daerah hingga memperkuat peran museum sebagai sarana edukasi dan informasi," tuturnya.(Ant/M-2)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Sople Siap Dibangun di Indonesia: Gerakan Baru untuk Mendorong Konten Kreator Lokal
• 14 jam lalufajar.co.id
thumb
Catat Jadwal Libur Akhir Tahun 2025 Bagi ASN dan Pegawai Swasta
• 15 jam laludisway.id
thumb
Raih Superbrands Indonesia’s Choice 2025, BODIMAX Tegaskan Posisi Pemimpin Inovasi Home Fitness
• 17 jam laludisway.id
thumb
3 Produk Perawatan Terbaik yang Aman untuk Kulit Sensitif, Tidak Perlu Takut Iritasi
• 9 jam lalugenpi.co
thumb
Dalami Keterlibatan Pelaku Lain, Kakak dan Ayah Bocah SD Terduga Pembunuh Ibu Ikut Diperiksa
• 19 jam laluharianfajar
Berhasil disimpan.