Membuka Jalur Kemanusiaan ke Aceh Tengah

Truk oranye Basarnas Aceh dan sejumlah mobil double cabin menembus gelapnya jalur Geumpang-Pameu untuk memasuki wilayah Aceh Tengah, Aceh, Rabu (10/12/2025) malam. Bertolak dari Banda Aceh, kendaraan-kendaraan tangguh itu memuat sekitar 15 ton beras, mi instan, bahan bakar minyak, dan bahan-bahan pokok lain untuk disalurkan ke desa-desa yang masih terisolasi.

Perjalanan tak hanya ditempuh dalam satu malam. Sebelum kembali melanjutkan perjalanan, para sukarelawan singgah di pos Kilometer 28 untuk memastikan jalur yang akan dilalui selanjutnya aman. Ditemani dingin wilayah perbukitan, mereka tidur di truk, mobil, tenda, dan gubuk yang menjadi satu-satunya bangunan tertutup di pos.

Keesokan harinya, Kamis (11/12/2025), kelokan dan jalanan berlumpur mengiringi perjalanan sukarelawan menembus batas wilayah Aceh Tengah. Tidak hanya itu, puluhan lokasi longsor menjadi pemandangan yang memilukan sepanjang perjalanan. Beberapa kali, truk Basarnas Aceh harus menarik kendaraan lain untuk keluar dari jalanan berlumpur.

Hingga hari ini, tidak mudah untuk menyalurkan bantuan logistik ke Aceh Tengah melalui jalur darat. Seluruh akses masih terputus, termasuk jalur Geumpang-Pameu yang dilalui para sukarelawan. Truk serta mobil double cabin dan off-road hanya mampu menerobos hingga ke Desa Kuala Rawa, Kecamatan Rusip Antara. Selanjutnya, logistik harus disalurkan secara estafet oleh warga serta prajurit TNI dengan berjalan kaki dan menggunakan sepeda motor melewati medan ekstrem.

Kolaborasi menjadi kunci utama penyaluran bantuan logistik menuju wilayah terisolasi di Aceh Tengah. Hal itu dibuktikan para sukarelawan dari komunitas Double Cabin Indonesia Aceh, Land Rover Club Indonesia Aceh, Basarnas Aceh, dan para prajurit TNI yang bertugas di wilayah terdampak. Bahu-membahu, mereka memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menembus medan berat. Perlahan tapi pasti, mereka terus membuka jalur kemanusiaan menuju Aceh Tengah.