Surabaya (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (Persero) melalui Balai Yasa Surabaya Gubeng (BY SGU) terus menghadirkan inovasi sarana kereta api sebagai bagian dari penguatan kualitas layanan transportasi publik. Sebagai pusat perawatan dan pengembangan sarana, BY SGU berperan dalam merancang, memodifikasi, dan mengoptimalkan kereta penumpang melalui pendekatan inovasi berbasis fungsi layanan dan pengalaman perjalanan.
Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba menyampaikan bahwa Balai Yasa Surabaya Gubeng merupakan motor inovasi sarana KAI yang secara konsisten mengembangkan desain dan fungsi kereta api melalui pemanfaatan sarana eksisting.
“Seluruh pengembangan sarana yang dilakukan di Balai Yasa Surabaya Gubeng merupakan inovasi yang dirancang dan dikerjakan oleh Insan KAI. Inovasi ini berangkat dari kebutuhan layanan dan diimplementasikan melalui kapabilitas teknis yang dimiliki seluruh Insan KAI di BY SGU,” ujar Anne.
Salah satu inovasi BY SGU adalah modifikasi kereta ekonomi K3 menjadi sarana dengan tata ruang yang lebih adaptif untuk mendukung mobilitas segmen pengguna tertentu, termasuk petani dan pedagang. Inovasi dilakukan melalui perubahan tata letak tempat duduk menjadi sejajar di sisi kiri dan kanan kereta, mengikuti konsep KRL, sehingga ruang di dalam kereta menjadi lebih fleksibel. Inovasi lainnya mencakup pelebaran pintu bordes dari sekitar 800 mm menjadi 980 mm untuk mendukung aktivitas naik dan turun penumpang yang membawa barang.
Sarana hasil inovasi tersebut sudah dioperasikan pada rute Rangkasbitung–Merak dan mulai melayani masyarakat sejak 1 Desember 2025. Hingga 12 Desember 2025, layanan ini telah melayani 1.532 pelanggan, mencerminkan pemanfaatan inovasi sarana yang selaras dengan karakter mobilitas di lintas tersebut.
Selain inovasi sarana berbasis fungsi layanan, Balai Yasa Surabaya Gubeng juga mengembangkan Kereta Panoramic sebagai inovasi pengalaman perjalanan. Kereta ini merupakan hasil modifikasi langsung dari kereta kelas eksekutif lama oleh KAI pada tahun 2022 yang seluruh proses rekayasa dan pengembangannya dilakukan di BY SGU.
Inovasi Kereta Panoramic ditandai dengan penambahan jendela berukuran besar dan sunroof otomatis di atap kereta menggunakan kaca duplex tempered. Interior dikembangkan dengan kursi yang dapat berputar 180 derajat menghadap jendela, serta dilengkapi fasilitas tambahan seperti welcome snack, minuman, Wi-Fi, hiburan, dan atendan khusus. Layanan ini dioperasikan pada rute tertentu seperti Argo Wilis dan Papandayan.
Dari sisi kinerja layanan, inovasi Kereta Panoramic menunjukkan pertumbuhan pelanggan. Sepanjang Januari–November 2025, layanan ini melayani 133.544 pelanggan, meningkat 45,43 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencatat 91.824 pelanggan.
Balai Yasa Surabaya Gubeng berlokasi di Pacar Keling, Tambaksari, Surabaya, dengan luas area sekitar 10 hektare. Fasilitas ini menangani perawatan berkala dua tahunan dan empat tahunan kereta penumpang dari wilayah Daop 6 Yogyakarta hingga Daop 9 Jember, serta memiliki kapabilitas penuh dalam pengembangan dan modifikasi sarana kereta api.
“Ke depan, KAI melalui Balai Yasa Surabaya Gubeng akan terus memperkuat inovasi sarana kereta api untuk mendukung peningkatan kualitas layanan dan pengalaman perjalanan masyarakat,” tutup Anne.
Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba menyampaikan bahwa Balai Yasa Surabaya Gubeng merupakan motor inovasi sarana KAI yang secara konsisten mengembangkan desain dan fungsi kereta api melalui pemanfaatan sarana eksisting.
“Seluruh pengembangan sarana yang dilakukan di Balai Yasa Surabaya Gubeng merupakan inovasi yang dirancang dan dikerjakan oleh Insan KAI. Inovasi ini berangkat dari kebutuhan layanan dan diimplementasikan melalui kapabilitas teknis yang dimiliki seluruh Insan KAI di BY SGU,” ujar Anne.
Salah satu inovasi BY SGU adalah modifikasi kereta ekonomi K3 menjadi sarana dengan tata ruang yang lebih adaptif untuk mendukung mobilitas segmen pengguna tertentu, termasuk petani dan pedagang. Inovasi dilakukan melalui perubahan tata letak tempat duduk menjadi sejajar di sisi kiri dan kanan kereta, mengikuti konsep KRL, sehingga ruang di dalam kereta menjadi lebih fleksibel. Inovasi lainnya mencakup pelebaran pintu bordes dari sekitar 800 mm menjadi 980 mm untuk mendukung aktivitas naik dan turun penumpang yang membawa barang.
Sarana hasil inovasi tersebut sudah dioperasikan pada rute Rangkasbitung–Merak dan mulai melayani masyarakat sejak 1 Desember 2025. Hingga 12 Desember 2025, layanan ini telah melayani 1.532 pelanggan, mencerminkan pemanfaatan inovasi sarana yang selaras dengan karakter mobilitas di lintas tersebut.
Selain inovasi sarana berbasis fungsi layanan, Balai Yasa Surabaya Gubeng juga mengembangkan Kereta Panoramic sebagai inovasi pengalaman perjalanan. Kereta ini merupakan hasil modifikasi langsung dari kereta kelas eksekutif lama oleh KAI pada tahun 2022 yang seluruh proses rekayasa dan pengembangannya dilakukan di BY SGU.
Inovasi Kereta Panoramic ditandai dengan penambahan jendela berukuran besar dan sunroof otomatis di atap kereta menggunakan kaca duplex tempered. Interior dikembangkan dengan kursi yang dapat berputar 180 derajat menghadap jendela, serta dilengkapi fasilitas tambahan seperti welcome snack, minuman, Wi-Fi, hiburan, dan atendan khusus. Layanan ini dioperasikan pada rute tertentu seperti Argo Wilis dan Papandayan.
Dari sisi kinerja layanan, inovasi Kereta Panoramic menunjukkan pertumbuhan pelanggan. Sepanjang Januari–November 2025, layanan ini melayani 133.544 pelanggan, meningkat 45,43 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencatat 91.824 pelanggan.
Balai Yasa Surabaya Gubeng berlokasi di Pacar Keling, Tambaksari, Surabaya, dengan luas area sekitar 10 hektare. Fasilitas ini menangani perawatan berkala dua tahunan dan empat tahunan kereta penumpang dari wilayah Daop 6 Yogyakarta hingga Daop 9 Jember, serta memiliki kapabilitas penuh dalam pengembangan dan modifikasi sarana kereta api.
“Ke depan, KAI melalui Balai Yasa Surabaya Gubeng akan terus memperkuat inovasi sarana kereta api untuk mendukung peningkatan kualitas layanan dan pengalaman perjalanan masyarakat,” tutup Anne.





