Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca Hingga Fashion Premium

kumparan.com
13 jam lalu
Cover Berita

Di salah satu sudut kampung Dipotrunan, Tipes, Serengan, Surakarta, geliat mesin jahit dan tangan-tangan perempuan sibuk menata kain batik, memotong lurik, hingga menjahit pola yang sudah digambar. Dari sinilah karya Batik Malessa lahir, sekaligus menopang ekonomi keluarga setempat.

Madu Mastuti, pendiri usaha ini, memulai semuanya pada 2018. Ia memiliki mimpi sederhana, yakni menciptakan ruang bagi ibu rumah tangga agar tetap berdaya tanpa meninggalkan keluarga. Seiring waktu, usaha ini tidak hanya berkembang secara ekonomi, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi perempuan di lingkungannya.

Madu menyadari banyak perempuan di sekitarnya memiliki keterampilan, tetapi tidak ada ruang untuk bekerja. Ia membentuk Kelompok Wanita Berkarya, sebuah wadah bagi perempuan untuk belajar dan bekerja sambil mengasuh anak. Tujuannya jelas, memberdayakan ibu rumah tangga agar bisa menopang ekonomi keluarga.

“Awalnya dari membuat daster berbahan kain perca, kain sisa yang dijadikan daster atau baju rumahan ibu-ibu. Lama-lama usaha berkembang, hingga merambah ke bidang kerajinan dan fashion. Kami memproduksi produk-produk premium seperti batik, lurik, dan tenun yang dipadupadankan menjadi produk fashion,” ujarnya.

Seiring waktu, Madu mulai mengkombinasikan batik, lurik, dan tenun menjadi produk fashion yang lebih eksklusif. Dari bahan-bahan sederhana, lahirlah produk premium yang memiliki ciri khas dan nilai jual tinggi, berbeda dari busana rumahan biasa.

Nama “Malessa” bukan sekadar label dagang. Ia merupakan gabungan nama Madu dan anaknya, Alesa, sehingga merepresentasikan perjalanan pribadi dan usaha keluarga. Semua legalitas usaha juga sudah lengkap, mulai HAKI (Hak Kekayaan Intelektual), NIB (Nomor Induk Berusaha), hingga TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).

Kualitas Produk Batik Malessa

Produk fashion Malessa terbagi menjadi dua lini utama. Pertama, produk massal seperti daster dan busana rumahan yang dipasarkan di toko oleh-oleh besar. Kedua, produk premium hasil padu padan batik, lurik, dan tenun yang dirancang secara eksklusif.

Proses produksi Malessa menerapkan standar quality control yang ketat. Setiap desain dibuat sketsanya terlebih dahulu agar unik, dan semua sisa kain dimanfaatkan untuk membuat tas, topi, bantal, dompet, hingga gantungan kunci. Dengan kata lain, prinsip zero waste dijalankan dengan konsisten.

Keunikan ini membuat produk Malessa banyak dilirik. Dari MC Piala Dunia U-17 hingga pejabat publik, beberapa tokoh pernah mengenakan busana hasil karya Malessa. Kepercayaan pasar ini menegaskan kualitas dan kreativitas usaha rumahan ini.

Rumah produksi Malessa kini tidak hanya milik Madu, tetapi juga milik para pengrajin di sekitarnya. Ada 8 orang yang terlibat yakni 6 perempuan dan 2 laki-laki, mulai dari penjahit hingga kurir. Dua pekerja bahkan sudah didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan.

Dukungan Pembiayaan Bank BRI

Produksi fashion Malessa pun meningkat hingga 40 persen dibanding awal usaha. Mesin jahit dan mesin potong baru yang didapat melalui pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI membuat proses kerja lebih efisien. Kapasitas produksi yang meningkat ini membuka peluang distribusi yang lebih luas.

"Alhamdulillah, dari tahun 2018 sampai 2025, usaha kami terus berkembang dan sudah memberdayakan masyarakat sekitar. Kini, kami memiliki mitra kerja dengan toko oleh-oleh dan toko batik di dalam maupun luar kota, bahkan di bandara-bandara,” kata Madu.

Dukungan BRI melalui Rumah BUMN BRI Solo menjadi momentum penting bagi Malessa. Tidak hanya modal, Madu juga mengikuti berbagai pelatihan dan pendampingan yang digelar Rumah BUMN BRI Solo, mulai dari BIMTEK ekspor hingga program BRIncubator yang membekali UMKM dengan ilmu bisnis, digitalisasi, dan kesiapan ekspor. Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi Madu dan timnya.

Berbekal pelatihan tersebut, produk Malessa kini tersebar di berbagai toko, bandara, dan hotel di Surakarta. Produk mereka juga pernah dipamerkan di luar negeri, termasuk Belanda, Swiss, dan Australia.

“Program-program BRI itu luar biasa. Saya mendapatkan banyak ilmu baru, pendampingan, dan orientasi peningkatan kapasitas agar UMKM bisa naik kelas dan siap ekspor,” ujar Madu.

Bagi Madu, Malessa Fashion & Craft bukan sekadar usaha. Ini menjadi rumah bagi mimpi banyak perempuan, tempat mereka belajar keterampilan, berdaya, dan meningkatkan ekonomi keluarga.

Ia menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan adalah inti dari visi usahanya. Prinsipnya sederhana, jika ibu-ibu berdaya, ekonomi keluarga dan masyarakat ikut kuat. Malessa menjadi bukti nyata bahwa kreativitas dan kolaborasi bisa mengubah kehidupan.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya mengungkapkan, BRI terus membuktikan komitmen kuat dalam mendorong UMKM agar berkembang dan naik kelas melalui beragam program pemberdayaan, termasuk Rumah BUMN BRI. Selain memberikan fasilitas permodalan, BRI juga menghadirkan pembinaan, pendampingan usaha, serta membuka akses pasar yang lebih luas hingga mancanegara.

Akhmad memaparkan hingga akhir September 2025, BRI telah membina 54 Rumah BUMN BRI dan telah melaksanakan lebih dari 17.000 pelatihan.

”Upaya ini merupakan bagian dari strategi BRI untuk memperkuat ekosistem UMKM di berbagai di daerah di Indonesia. Dengan dukungan pemberdayaan BRI, UMKM diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan menghasilkan nilai tambah di pasar,” tegasnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Menhub Tinjau Kesiapan Infrastruktur KAI Daop 4 Jelang Nataru
• 2 jam lalubisnis.com
thumb
Kemlu Lanjutkan Pemulangan WNI Korban Sindikat Judol dari Myanmar
• 18 jam laluidxchannel.com
thumb
Irma Pajriah Bawa Pulang Sepeda Motor, Ini Daftar Pelari Tercepat Fajar Run 2025
• 11 jam lalufajar.co.id
thumb
Parma vs Lazio, Meski Akhiri Laga dengan 9 Sembilan Pemain, Biancocelesti Menang di Ennio Tardini
• 18 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Outstanding Pembiayaan Pinjol Melonjak, Begini Saran agar TWP90 Terjaga
• 1 jam lalubisnis.com
Berhasil disimpan.