17 Hari Pascabanjir, Akses Darat di Aceh Belum Pulih, Harga Telur Naik 100 Persen

mediaindonesia.com
9 jam lalu
Cover Berita

SUDAH 17 hari bencana banjir di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, namun penanganannya masih tertatih-tatih seperti siput menyeberang arus. Sementara itu, usai kunjungan Presiden Prabowo Subianto, kondisi masih sama meski sudah mengeluarkan pernyataan kondisi semakin membaik. 

Padahal di lapangan kekhawatiran telah melebar ke berbagai sektor kehidupan sosial. Tidak saja soal ajal ribuan korban meninggal dunia, tapi telah menyentuh kelangkaan bahan pangan, kenaikan harga barang, lalu bermuara pada kemelaratan dan memperlebar jurang keterpurukan ekonomi lebih luas. 

Sesuai penelusuran Media Indonesia, sejak awal terjadinya bencana pada 26-27 November lalu hingga Minggu (14/12), harga berbagai bahan pokok naik luar biasa. Peringatan kepada pedagang agar tidak menaikkan harga terlalu tinggi pun dianggap angin lalu.

Di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, misalnya harga telur ayam sudah mencapai kisaran Rp100.000 hingga Rp120.000/papan (30 butir). Harga itu naik sekitar 100% dibandingkan saat sebelum banjir berkisar Rp55.000 hingga Rp57.000/papan.

"Di Pasar Keude Tangse, ada yang pedangan menjual sampai rp120.000 sekilo. Alasannya telur dipasok dari Medan, Sumatra Utara. Sedangkan sepanjang jalur itu di banyak lokasi jalan rusak seperti longsor, ambles dan jembatan putus," tutur Zainuddin, tokoh masyarakat Kecamatan Tangse. 

Lalu harga minyak goreng curah yang sebelumnya di Rp18.000/kg (kilogram), sekarang naik menjadi berkisar Rp20.000 hingga Rp22.000/kg. Kenaikan harga tersebut terjadi tiba-tiba begitu tersebar informasi banjir melanda tiga provinsi. 

Kenaikan harga di luar kewajaran juga terjadi pada gula pasir curah. Dari biasanya Rp18.000/kg, sekarang meningkat menjadi berkisar Rp21.000 hingga Rp22.000/kg.

Karena harga mahal, warga jarang sekali membeli dari jumlah biasanya. Umumnya mereka mengurangi pembelian atau sekadar menutupi keperluan. 

"Mereka yang biasanya membeli 1 kg, sekarang mengurangi hanya mencukupi setengah kilogram. Hanya untuk menutupi kebutuhan kala itu," tambah Zainuddin. 

Budayawan Aceh M Adli Abdullah mengatakan, bila pemulihan kerusakan banjir terseok berlarut-larut, kekacauan pasar berpotensi semakin tidak normal. Pasalnya berbagai barang kebutuhan terkendala pengangkutan karena jalur Nasional Banda Aceh-Medan rusak atau jembatan putus. 

Lalu untuk penertiban pedagang juga masih jauh dari harapan. Mereka memiliki alasan kuat dan logis untuk menaikkan harga karena kondisi tranportasi banyak rintangan 

Sudah menjadi hukum dangang kalau modal tinggi otomatis menjual lebih mahal. Mereka tidak mungkin menuai kerugian dari hasil kerja sulit. 

"Tidak ada rumus untuk rugi sama pedagang. Mereka mencari untung sebanyak mungkin. Apalagi para mafia pengendali pasar. Sulit juga menyalahkan mereka kalau transportasi dan kenyamanan tidak segera hadir," tambah Akademisi Universitas Syiah Kuala itu. (MR/E-4)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Hujan Disertai Angin Kencang Sebabkan Pohon Tumbang di Sejumlah Titik Surabaya
• 8 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Serangan di Sydney Tewaskan 12 Orang, PM Australia Janji Berantas Teroris
• 5 jam laluidntimes.com
thumb
Bantuan Kemanusiaan dan Tim Relawan Dikirim untuk Bantu Korban Bencana Sumatera
• 3 jam laluliputan6.com
thumb
PGRI: Pembatasan Medsos Anak Penting untuk Tekan Perundungan
• 4 jam laludisway.id
thumb
Analis Nilai Reformasi Polri Harus Fokus pada Transformasi Budaya dan Etika Institusi
• 9 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.