Grid.ID - Peristiwa penggembokan pintu Keraton Kasunanan Surakarta pada Sabtu (13/12/2025) sore memicu polemik di tengah publik. Beginilah kronologi penggembokan pintu Keraton Surakarta.
Insiden tersebut terjadi saat aktivitas konservasi Museum Keraton Surakarta masih berlangsung. Puluhan pekerja Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X mendadak diminta meninggalkan kawasan keraton.
Penguncian pintu dilakukan secara tiba-tiba dan disertai pergantian gembok di sejumlah akses utama. Situasi ini memunculkan perbedaan versi antara pekerja BPK dan pihak Paku Buwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Berikut kronologi penggembokan pintu keraton yang menjadi sorotan tersebut.
Kronologi Penggembokan Pintu Keraton
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (14/12/2025), insiden ini terjadi saat para pekerja BPK Wilayah X masih menjalankan tugas konservasi Museum Keraton Surakarta. Lalu, sekitar pukul 15.00 WIB, sejumlah orang tak dikenal datang ke area keraton dan meminta para pekerja keluar.
Padahal jam tersebut masih termasuk waktu kerja resmi karena para pekerja mulai bertugas sejak pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Menurut keterangan Pelaksana BPK Wilayah X, Aldila Christian, orang-orang tersebut datang tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga pekerjaan belum selesai dan peralatan masih berada di dalam kawasan keraton.
Aldila menyebut bahwa setelah para pekerja diminta keluar, seluruh pintu langsung dikunci menggunakan gembok. Proses penguncian dilakukan secara terburu-buru sehingga para pekerja tidak sempat mengamankan peralatan kerja mereka.
Sekitar 20 hingga 25 pekerja BPK Wilayah X saat itu masih berada di lingkungan keraton. Aldila mengaku tidak mengetahui alasan pasti di balik tindakan tersebut.
Ia juga menyatakan tidak berani mempertanyakan keputusan penguncian pintu. Kondisi ini menimbulkan kebingungan di kalangan pekerja yang sedang menjalankan tugas negara.
Aldila mengungkapkan bahwa pihak yang meminta para pekerja keluar terdiri dari laki-laki dan perempuan yang tidak dikenalnya. Beberapa di antaranya mengenakan samir, sementara yang lain tidak.
Tidak ada kontak fisik dalam proses tersebut, namun permintaan keluar disampaikan secara tegas. Para pekerja hanya diminta meninggalkan area tanpa penjelasan rinci.
Situasi tersebut membuat para pekerja memilih mematuhi perintah demi menghindari konflik. Meski demikian, mereka menyayangkan karena pekerjaan konservasi belum selesai.
Berdasarkan koordinasi internal, Aldila menyebut informasi yang diterima BPK Wilayah X menyatakan bahwa penggantian gembok dilakukan oleh pihak PB XIV Hamengkunegoro. Pada saat insiden berlangsung, PB XIV Hangabehi diketahui sedang berada di Jakarta untuk menghadiri acara bersama Kementerian Kebudayaan.
Pekerjaan renovasi dan konservasi Museum Keraton Surakarta sendiri telah berlangsung lebih dari satu bulan. Insiden penggembokan pintu keraton ini menambah ketegangan di tengah dinamika internal Keraton Surakarta. Terlebih, peristiwa terjadi tanpa pemberitahuan resmi kepada para pekerja lapangan.
Peristiwa ini juga diwarnai adu mulut antara dua kubu yang berselisih terkait penerus takhta Keraton Surakarta. Utusan PB XIV Hamengkunegoro mendatangi Pintu Kori Kamandungan.
Pada saat yang sama, cucu PB XII, BRM Rangsang Kusumo, berupaya mendokumentasikan kejadian tersebut menggunakan telepon genggam. Upaya ini dihalangi oleh Penghageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, GKR Panembahan Timoer. Adu mulut pun tak terhindarkan di lokasi kejadian.
BRM Rangsang Kusumo menyampaikan bahwa terdapat upaya pembukaan gembok secara paksa pada pintu Kamandungan. Awalnya, gembok dicoba dibuka menggunakan tang potong, namun tidak berhasil.
Dalam lanjutan kronologi penggembokan pintu keraton, gembok tersebut kemudian dipotong menggunakan gerinda. Proses ini terekam dalam video amatir.
BRM Rangsang menyebut pihaknya berusaha agar pembukaan tidak merusak pintu karena merupakan bagian dari bangunan cagar budaya. Ia menilai kejadian tersebut sangat disayangkan.
BRM Rangsang Kusumo menyatakan bahwa pihak keluarga besar Keraton Surakarta akan berkoordinasi dengan Lembaga Dewan Adat (LDA). Ia menegaskan bahwa jika sekadar mengganti gembok, pihaknya pun mampu melakukannya.
Namun, ia menduga terdapat upaya penguasaan pintu tertentu. Langkah lanjutan masih menunggu arahan dari LDA.
Pihak keluarga menyatakan keprihatinan atas insiden tersebut. Mereka menilai peristiwa ini berpotensi memperkeruh situasi internal keraton.
Alasan Penggantian Gembok
Di sisi lain, Juru Bicara PB XIV Hamengkunegoro, KPA Singonagoro, membantah adanya pengusiran terhadap pekerja BPK Wilayah X. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya pihak PB XIV telah mengirim surat kepada LDA untuk meminta kunci-kunci pintu keraton, namun tidak mendapat tanggapan.
Menurut Singonagoro, penggantian gembok dilakukan pada sekitar sepuluh pintu. Pintu-pintu tersebut antara lain Kamandungan, Kasentanan, kantor Sasana Wilapa, Perpustakaan, dan museum. Ia menyebut langkah penggantian gembok ini bertujuan mempermudah aktivitas bebadan yang dibentuk PB XIV.
Terkait pekerja BPK, ia menyatakan jam kerja sudah hampir berakhir. Menurut pihak PB XIV, para pekerja hanya diminta pulang lebih awal. Ia menambahkan bahwa esok hari para pekerja dipersilakan kembali dengan berkoordinasi kepada pengageng terkait.
Singonagoro juga menyampaikan bahwa saat ini keraton sedang dalam proses pembenahan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan area demi keamanan atau safety area.
Ia menegaskan kembali bahwa tidak ada pengusiran dan berharap suasana tetap damai. Sebagaimana dikutip Tribun Video, Ia pun mengaku terbuka jika esok hari mereka kembali melakukan pekerjaannya.
Pihak PB XIV menyayangkan munculnya narasi pengusiran di ruang publik. Insiden penggembokan pintu keraton ini pun menjadi perdebatan karena adanya perbedaan persepsi antara pihak pekerja dan pihak keraton.
Hingga kini, insiden tersebut masih menjadi perhatian berbagai pihak. Demikianlah kronologi penggembokan pintu keraton Surakarta.. (*)
Artikel Asli




