INVESTOR di Shanghai, Tiongkok, menunjukkan pergeseran preferensi pasar. Investor semakin mempertimbangkan nilai berkelanjutan dan kejelasan visi pengembangan kawasan.
"Minat yang muncul bukan hanya soal potensi finansial Bali sebagai destinasi premium. Mereka juga ingin tahu tentang cara proyek dikelola secara bertanggung jawab dan selaras dengan karakter lokal," ujar Head of Investment and Business Development Jimbaran Hijau, Tavan Dutton, dalam keterangan tertulis, Minggu (14/12).
Dalam pameran Luxury Property Showcase (LPS) Shanghai 2025 yang berlangsung pada 5-7 Desember 2025, Bali diposisikan sebagai destinasi investasi yang relatif matang dan resilien. Ini didukung pemulihan kunjungan wisatawan serta pertumbuhan segmen pariwisata kelas atas.
Menurutnya, di tengah persaingan kawasan tropis Asia Tenggara, pendekatan berbasis budaya dinilai menjadi pembeda utama. Kehadiran ini menandai upaya Bali memperluas diplomasi investasi dengan menekankan kualitas pembangunan, keberlanjutan, dan pelestarian budaya lokal.
Sebagai satu-satunya perwakilan kawasan terpadu dari Bali, Jimbaran Hijau memperkenalkan pendekatan investasi properti yang tidak semata berorientasi pada pertumbuhan aset, tetapi juga pada dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat setempat. Konsep ini dipresentasikan di tengah meningkatnya minat investor global terhadap proyek berprinsip Environmental, Social and Governance (ESG).
Founder dan CEO Jimbaran Hijau, Dr. Putu Agung Prianta, menegaskan bahwa keikutsertaan pihaknya di LPS Shanghai tidak hanya membawa misi bisnis, tetapi juga nilai kebudayaan Bali. Pihaknya memperkenalkan filosofi Tri Hita Karana sebagai fondasi pengembangan kawasan. (I-2)



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5443814/original/089304900_1765757498-IMG_20251215_010050.jpg)

