Baju menjadi salah satu pernyataan ekspresi yang tegas; itulah yang diamini oleh Perdana Menteri perempuan pertama Jepang, Sanae Takaichi. Di akhir bulan lalu, Sanae menceritakan tantangannya dalam memilih baju untuk keperluan diplomatik.
Masalah ini diungkapkan oleh Sanae di akun resmi X (dulu Twitter) miliknya, @takaichi_sanae, pada 21 November lalu. Dalam cuitannya, politikus dari Partai Demokrat Liberal ini membuka kisahnya dengan mengatakan, waktu dia terkuras habis buat memilih baju.
“Kemarin, saya mengosongkan jadwal saya untuk berkemas buat perjalanan ke Konferensi Tingkat Tinggi G20. Namun, yang menghabiskan waktu saya adalah memilih baju-baju yang akan saya bawa,” tulis Sanae.
Dia melanjutkan, kesulitan itu dia hadapi akibat ucapan seorang senator Jepang, Yutaka Ando, yang ditujukan kepada Sanae. Ia bilang, Yutaka menyinggung pentingnya memakai baju yang sangat berkelas dengan kain terbaik karya seniman asli Jepang.
“‘Mulai sekarang, Perdana Menteri Takaichi dan menteri-menteri kabinet akan terlibat dalam negosiasi dengan pemimpin-pemimpin seluruh dunia. Ketika waktu itu tiba, saya ingin Anda melakukan negosiasi diplomatis itu dengan penuh percaya diri, dan jika memungkinkan, dalam pakaian yang terbuat dari material terbaik Jepang dan dijahit oleh seniman terbaik Jepang,’” tulis Sanae, mengutip ucapan Yutaka Ando.
Dia melanjutkan, “Menurut Yutaka, ‘Jika Anda bernegosiasi dengan mereka mengenakan barang KW murah, Anda akan diremehkan.’”
Sanae pun mengaku dirinya tidak punya baju-baju yang dibuat oleh desainer terbaik Jepang. Meski begitu, khawatir akan “diremehkan” oleh para diplomat dan pemimpin dunia, dia pun menghabiskan waktunya untuk menggali isi lemarinya.
“Ucapan Senator Ando menyentil saya, sehingga saya menghabiskan waktu membongkar baju-baju yang baru kembali dari londri, memilih baju-baju yang ‘tidak terlihat murah’ dan ‘tidak akan membuat saya diremehkan’,” jelas Sanae.
Dia menutup ceritanya dengan mengatakan, pada akhirnya, Sanae memilih baju-baju yang berupa kombinasi jaket dan dress yang biasa dia kenakan.
“Mungkin saya perlu berinvestasi dalam busana-busana yang pantas dalam negosiasi diplomatik,” tutup Sanae.
Cuitan ini mengundang pertanyaan dari netizen Jepang, Ladies. Dikutip dari Global Times, mereka mempertanyakan mengapa Sanae memilih menceritakan soal pakaian, alih-alih membahas tentang isu internasional.
Meski begitu, tak terelakkan, Sanae Takaichi memang memiliki pengaruh besar dalam dunia fesyen Jepang. Dilansir Associated Press, sebagai perdana menteri perempuan pertama, busana Sanae sukses menarik perhatian para perempuan Negeri Sakura.
Para perempuan yang mengaku sebagai “Sana-katsu” atau pendukung Sanae berlomba-lomba mengikuti fesyen kantoran sang perdana menteri. Sanae identik dengan dress selutut, luaran berupa blazer atau jaket, serta tas tangan. Gaya Sanae juga dideskripsikan sebagai rapi, klimis, dan resmi, dengan warna biru sebagai rona andalannya.




