Bisnis.com, JAKARTA — Bank digital PT Super Bank Indonesia Tbk. atau Superbank bersiap resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan ini, Rabu (17/12/2025).
Hal ini sekaligus menandai kehadirannya sebagai emiten bank digital ke-7 yang tercatat di pasar modal Tanah Air melalui penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO).
Sebelumnya, beberapa bank digital telah melantai di BEI, seperti PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK), dan PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR).
Adapun, dalam aksi korporasi kali ini Superbank melepas sebanyak 13% saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Sebagaimana diketahui, Superbank menetapkan harga penawaran sebesar Rp635 per saham sebagaimana tercantum dalam prospektus yang diumumkan melalui Harian Bisnis Indonesia edisi Selasa (9/12/2025).
Dengan harga penawaran tersebut, Superbank diperkirakan akan meraup dana segar sekitar Rp2,79 triliun dari pasar modal.
Manajemen menyampaikan bahwa saham hasil IPO akan memiliki hak yang sama dengan saham lain yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Ketentuan ini mengacu pada Undang-Undang Perseroan Terbatas sebagaimana telah diperbarui melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 2023.
Proses penawaran umum perdana saham Superbank melibatkan sejumlah perusahaan sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek (joint lead underwriters), yakni Mandiri Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia, Trimegah Sekuritas Indonesia, dan Sucor Sekuritas.
Sementara itu, penjamin emisi dalam IPO ini adalah Bahana Sekuritas serta Korean Investment and Sekuritas Indonesia (KISI).
Berikut jadwal utama dalam rangkaian proses IPO Superbank adalah sebagai berikut:
- Tanggal efektif: 8 Desember 2025
- Masa penawaran umum perdana saham: 10–15 Desember 2025
- Tanggal penjatahan: 15 Desember 2025
- Distribusi saham secara elektronik: 16 Desember 2025
- Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia: 17 Desember 2025
Seiring dengan IPO Superbank, Analis RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya sebelumnya mengatakan bahwa prospek pertumbuhan bank digital ini memang menarik, tetapi investor perlu mencermati beberapa risiko fundamental yang masih mengemuka.
Pertama, profitabilitas Superbank dinilai masih berada pada tahap awal. Meski bank berhasil membalikkan posisi rugi menjadi laba Rp20 miliar pada paruh pertama 2025, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) masih berada di kisaran 1% hingga 2%.
Kedua, percepatan ekspansi kredit ke segmen ritel dan UMKM membawa risiko eksekusi serta risiko kredit yang perlu dikelola secara ketat.
Dengan pertumbuhan penyaluran kredit mencapai 30% secara tahunan, kualitas underwriting dan kemampuan bank menjaga tingkat gagal bayar akan menjadi titik krusial saat portofolio semakin membesar.
Selain itu, Superbank akan masuk ke pasar yang kian kompetitif. Sejumlah bank digital seperti Bank Jago, Bank Neo Commerce, Allo Bank Indonesia, dan Bank Raya Indonesia telah lebih dulu menghadapi dinamika valuasi yang fluktuatif, seiring perubahan sentimen investor terhadap sektor perbankan digital.


