N. Azza Fathya Nadra, pelajar asal Palembang, Sumatra Selatan, datang ke Surabaya untuk mengikuti Olimpiade Sains Airlangga (OSA) 2025. Jarak yang jauh tak menghalangi langkah siswa SMA Kusuma Bangsa Palembang itu untuk mengejar cita-citanya melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair).
Fathya menjadi satu-satunya siswa dari sekolahnya yang berangkat mengikuti OSA 2025. Dia menjadikan ajang ini sebagai bagian dari upaya meraih kesempatan masuk perguruan tinggi melalui jalur prestasi.
“Target saya mengikuti OSA karena ingin mencoba jalur golden ticket. Saya memang ingin masuk Fakultas Kedokteran (FK) Unair. Sekarang rencananya ingin mencoba jalur golden ticket Unair terlebih dahulu. Kebetulan ada kakak kelas yang kuliah di Unair, itu menjadi motivasi saya juga,” ungkapnya, (14/12).
Ketertarikan Fathya terhadap Unair sudah tumbuh sejak kelas 11. Saat liburan sekolah, ia mengaku mulai mempelajari berbagai jalur masuk perguruan tinggi, khususnya untuk masuk ke fakultas kedokteran di sejumlah universitas. Dari proses tersebut, minatnya untuk melanjutkan studi di Unair semakin kuat.
Perjalanan dari Palembang menuju Surabaya ditempuh Fathya melalui jalur udara bersama sang ibu. Jarak yang jauh tidak menjadi penghalang baginya untuk mengikuti OSA 2025, meski harus mempersiapkan diri di tengah padatnya agenda sekolah.
Persiapan menuju fakultas kedokteran telah ia mulai sejak kelas 11. Fathya sempat mengikuti berbagai lomba, seperti olimpiade biologi dan kompetisi yang berkaitan dengan bidang kedokteran. Ia juga pernah mengikuti lomba secara beregu, namun tidak berlanjut karena keterbatasan jarak yang harus ditempuh.
“Tantangan selama persiapan karena OSA dilaksanakan di tengah bulan Desember, sementara sebelumnya ada ujian akhir semester, jadi waktu belajarnya tidak terlalu panjang,” jelasnya.
Fathya mengaku baru mengikuti OSA pada tahun ini. Sebelumnya, ia sudah mengetahui ajang tersebut sejak tahun lalu, namun belum ikut karena belum memiliki persiapan yang matang.
“Ini pertama kali sekaligus kesempatan terakhir saya mengikuti OSA karena sekarang sudah kelas 12,” tambahnya.
Terkait pelaksanaan lomba, Fathya menilai pengawasan berlangsung ketat. Peserta tidak diperbolehkan membawa barang apa pun ke ruang ujian, dan seluruh alat tulis telah disediakan oleh panitia. Ia juga menyebut tingkat kesulitan soal cukup menantang, dengan materi yang mencakup pelajaran kelas 10 hingga 12.
“Tantangan paling terasa waktu mengerjakan soal, terutama Matematika. Tapi insyaallah saya optimis bisa mendapatkan hasil terbaik,” ujarnya.
Fathya berharap keikutsertaannya dalam OSA 2025 dapat membuahkan hasil maksimal dan membuka peluang meraih golden ticket masuk Fakultas Kedokteran Unair. “Semoga bisa mendapatkan hasil terbaik, dan insyaallah bisa mendapatkan golden ticket,” harapnya.
Olimpiade Sains Airlangga merupakan ajang bergengsi bagi siswa SMA untuk mengukur kemampuan akademik sekaligus memperkuat portofolio prestasi menuju perguruan tinggi. Tahun ini, OSA diikuti oleh 6.206 peserta yang berasal dari 23 provinsi di Indonesia. Selain dari Pulau Jawa, peserta juga datang dari Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Sumatra, Maluku, Kepulauan Riau, Bengkulu, hingga luar negeri, yakni Kuala Lumpur, Malaysia.
Antusiasme tinggi juga terlihat dari peserta asal Jawa Timur, dengan banyak sekolah datang secara berombongan menggunakan bus.
Melalui ajang ini, Unair berharap dapat terus membuka akses dan kesempatan yang setara bagi pelajar dari seluruh daerah, termasuk mereka yang berasal dari wilayah yang jauh.
