Ketika Dunia Kurang, Kita Mencari yang Cukup

kumparan.com
1 hari lalu
Cover Berita

Di tengah kehidupan yang bergerak semakin cepat, kita sering merasa dunia menawarkan lebih banyak kekurangan dibandingkan kenyamanan. Ada tuntutan untuk selalu lebih hebat, lebih produktif, dan lebih sempurna dari hari sebelumnya. Dalam keheningan, kita mulai bertanya: Apakah ada ruang yang benar-benar membuat kita merasa cukup?

Kenyataannya, banyak dari kita tumbuh dengan keyakinan bahwa hidup harus dipenuhi pencapaian besar agar bisa dianggap berhasil. Padahal, tidak semua orang lahir untuk berlari tanpa henti. Ada hari ketika kita hanya ingin bertahan. Ada momen ketika kita hanya butuh istirahat. Namun, dunia tidak selalu memahami hal itu.

Justru di antara tekanan-tekanan kecil yang terus menumpuk, kita mulai belajar mencari “yang cukup”. Bukan cukup dalam arti menyerah, tetapi cukup untuk menenangkan hati. Cukup untuk membuat diri sendiri merasa dihargai. Cukup untuk membuat kita merasa tidak sedang menghadapi kehidupan seorang diri.

Sering kali, rasa cukup itu tidak berasal dari pencapaian besar, tapi dari hal-hal sederhana, seperti obrolan hangat dengan seseorang yang benar-benar mendengarkan, tawa kecil setelah hari yang melelahkan, atau keberanian untuk berkata “Aku butuh rehat.” Di tengah dunia yang terus mendorong kita untuk menjadi lebih, keberanian untuk menerima diri apa adanya menjadi bentuk kekuatan yang jarang disadari.

Kehidupan sosial pun berubah seiring kebutuhan ini. Kita tidak lagi mencari lingkungan yang ramai, tetapi kita mencari lingkungan yang tulus. Kita tidak lagi mengejar hubungan yang penuh impresi, tetapi kita mencari hubungan yang mampu menjadi tempat pulang.

Kita tidak lagi ingin dipuji, tetapi kita ingin dipahami. Ruang seperti itu sering lahir dari orang-orang yang hadir tanpa syarat dan dari momen-momen kecil yang tidak terlihat oleh siapa pun.

Karena itu, “cukup” bukan sekadar kata, melainkan juga perasaan yang dirindukan. Di dunia yang sering membuat kita merasa kurang, merasa cukup adalah bentuk perayaan kecil sekaligus kemenangan pribadi. Kita tidak harus sempurna dan hidup tidak harus spektakuler untuk tetap bermakna.

Pada akhirnya, kita semua sedang berproses menuju versi diri yang lebih lembut, lebih sabar, dan lebih memahami arti bahagia. Dan di antara perjalanan itu, menemukan “yang cukup” adalah langkah paling manusiawi yang bisa kita ambil. Dunia mungkin tidak selalu memberi apa yang kita butuhkan, tapi selama kita terus mencari dan menciptakan ruang aman untuk diri sendiri, rasa cukup itu akan tetap ditemukan meski dalam bentuk paling sederhana.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Menteri Budaya dorong warisan budaya jadi penggerak ekonomi kreatif
• 6 jam laluantaranews.com
thumb
Sekolah di Sumbar Kembali Dibuka Pascabencana, Akses Jalan Jadi Sorotan
• 5 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Nama Jule Kembali Terseret Isu Perselingkuhan, Diduga Jadi Orang Ketiga Hubungan Content Creator Malaysia
• 20 jam lalugrid.id
thumb
Listrik Kalbar Dijamin Aman Pasca-Kebakaran PLTU Gundul, Saksi Mata Dengar Ledakan Turbin
• 19 menit lalumerahputih.com
thumb
Kantor PBB Sebut RI Jadi Contoh Kolaborasi Pembangunan Negara Berkembang
• 19 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.