Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang fokus pada promosi dan fasilitasi kerja sama teknis antarnegara berkembang (Selatan-Selatan), United Nations Office for South-South Cooperation (UNOSSC), menilai Indonesia berperan penting dan bisa menjadi contoh kolaborasi pembangunan negara-negara berkembang dan global.
Direktur UNOSSC, Dima Al-Khatib, mencontohkan berbagai proyek kerja sama triangular di global, mulai dari mobilitas listrik di Amerika Tengah hingga sistem air bertenaga surya di Somalia. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa kemitraan yang lebih luas menghasilkan dampak yang lebih kuat.
Dia juga menyebut, Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara memiliki peran besar dalam kerja sama dengan Selatan-Selatan. Mulai dari kolaborasi di bidang energi terbarukan, ketahanan pangan, dan adaptasi iklim.
“Pengalaman dan inovasi dari kawasan ini sangat diminati oleh kawasan lain, seperti Afrika dan Amerika Latin. Apa yang berkembang di Asia Tenggara berpotensi memberikan kontribusi nyata bagi kemandirian berkelanjutan negara-negara Global South,” ujar Dima dalam keterangan terulis, Senin (15/12).
Menjelang Kerangka Strategis UNOSSC 2026–2029, Dima menyampaikan bahwa UNOSSC akan tetap menjalankan mandat utamanya sebagai fasilitator, advokat, dan promotor kerja sama Selatan–Selatan dan triangular. Kerangka baru ini juga akan memperkuat pembentukan koalisi dan aliansi lintas pemangku kepentingan.
“Pendekatan ini akan memungkinkan proses pencocokan yang lebih cepat dan terarah antara pihak yang menawarkan solusi dan pihak yang membutuhkan, sekaligus memperkuat kerja sama Selatan–Selatan dan triangular sebagai mekanisme utama pembangunan global,” kata Dima.
Dia mengatakan, tren peningkatan kerja sama Selatan–Selatan dan triangular tidak terlepas dari perubahan konteks pembangunan global, termasuk menurunnya aliran Official Development Assistance (ODA). Kondisi ini mendorong negara-negara berkembang untuk semakin mengandalkan kolaborasi berbasis solidaritas, kesetaraan, dan kepentingan bersama.
“Banyak negara telah lama mempraktikkan kerja sama Selatan–Selatan dan triangular, meskipun sering kali tidak secara eksplisit menggunakan label tersebut. Inisiatif ini kerap muncul dalam bentuk kerja sama regional yang pada dasarnya merupakan ruang pertukaran pengalaman, pembelajaran setara, dan pembiayaan bersama,” ujar Dima.
Dalam konteks ini, sistem multilateral, termasuk PBB, memegang peran penting sebagai fasilitator di tingkat nasional, regional, dan global. Menyoroti pengalaman Indonesia dalam kerja sama Selatan–Selatan dan triangular, termasuk inisiatif keluarga berencana dan kesehatan reproduksi bersama Filipina, Laos, dan Kamboja dengan dukungan UNFPA, Dima menilai kolaborasi semacam ini memiliki nilai strategis yang tinggi.
“UNFPA merupakan salah satu entitas PBB yang sangat aktif dalam mendukung kerja sama Selatan–Selatan dan triangular. Inisiatif-inisiatif seperti ini menjadi konten yang sangat berharga bagi platform pengetahuan UNOSSC, sehingga dapat ditawarkan sebagai solusi yang telah teruji bagi negara lain dengan tantangan serupa,” jelasnya.





