Mengantuk saat berkendara di jalan tol menjadi salah satu faktor pemicu kecelakaan beruntun yang kerap terjadi. Beberapa pengemudi menganggap rasa kantuk hanya soal lelah semata, padahal akibatnya bisa lebih kompleks dari highway hypnosis sampai kecelakaan.
Lead Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu menjelaskan, ngantuk bisa muncul dari beberapa faktor. Mulai dari rasa bosan saat berkendara, kelelahan fisik, atau kondisi tubuh pengemudi yang kurang sehat.
“Jadi gini, ngantuk itu banyak macam. Ada karena monoton (melihat jalan), keletihan, ada juga karena sakit. Dia enggak capek, tapi karena obat-obatan atau gula darahnya naik (kurang sehat),” kata Jusri kepada kumparan saat dihubungi belum lama ini.
Jusri menekankan pentingnya jeda istirahat dalam perjalanan jauh. Sebab tubuh manusia punya jam biologis yang disebut Circadian Rhythm yang mempengaruhi daya tahan seseorang saat mengemudi.
“Perjalanan harus di-break berdasarkan waktu istirahat yang selaras dengan jam biologis. Istirahat disarankan tiap dua jam dalam menyikapi keletihan itu untuk menjaga kebugaran pada saat melakukan perjalanan jarak jauh,” ujarnya.
Adapun, pengemudi juga perlu membatasi waktu akumulasi berkendara. Ia mengingatkan, sebaiknya durasi mengemudi tidak melebihi 10 jam dalam satu hari. Jika dipaksakan, risiko micro sleep dan kecelakaan dapat meningkat.
Sebagai pakar safety driving, Jusri mengatakan istirahat terbaik saat perjalanan jauh adalah tidur. Namun, tidurnya harus berkualitas alias tidak boleh terdistraksi oleh apapun sehingga mampu mengembalikan kesegaran tubuh.
“Dia harus menggunakan istirahat yang berkualitas, yaitu nano-nap, mini-nap, atau power-nap. Tidak ada buka HP, duduk-duduk, tetapi tidur. Tidak ada istirahat yang berkualitas melebihi tidur,” tambahnya.
Lebih lanjut, ngantuk bukan hanya karena lelah. Jalan tol lurus yang panjang dan jenuh bisa memicu fenomena highway hypnosis. Dalam kondisi ini, pengemudi masih membuka mata dan memegang setir, tapi fokusnya hilang sehingga tidak menyadari situasi sekitar.
“Highway hypnosis itu kayak roll film yang tiba-tiba ada bagian putus. Pengemudi sadar-sadar langsung ngerem karena kaget lihat lampu rem mobil di depan. Itu beda dengan micro sleep, tapi gejalanya hampir sama,” jelasnya
Untuk menghindari hal tersebut, ia menyarankan pengemudi menstimulasi otaknya selama perjalanan. Baik itu memutar lagu, membuka kaca mobil agar terkena angin, atau membaca situasi sekitar dengan aktif, bukan hanya melihat.
“Jangan cuma lihat, tapi pahami objek di depan, kanan, kiri, ada potensi bahaya atau tidak. Intinya stimulus, istirahat di rest area atau pom bensin walaupun enggak ngisi. Itu cara menstimulasi otak agar tetap waspada,” tuntasnya.





