Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belakang terakhir tengah mengalami krisis pembuangan sampah. Tumpukan sampah bahkan terlihat di sejumlah titik, di antaranya di kawasan Ciputat dan di Jalan Raya Serpong.
Penumpukan sampah sudah terjadi sejak sekitar sepekan lalu dan volumenya terus bertambah. Sejumlah warga bahkan mengeluhkan sampahnya yang tida diangkut-angkut ke tempat pembuangan oleh Pemkot.
Namun yang terjadi di RW 9, Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, berbeda. Mereka menggunakan perusahaan swasta untuk mengangkut sampah-sampah warganya sebanyak 182 KK.
Ketua RW 9, Maulana Putra, mengatakan selama ini pihaknya memang sudah menjalin kerja sama dengan pihak swasta sebagai alternatif pembuangan sampah sejak Oktober 2025.
"Kami menggunakan alternatif pihak swasta, tetapi kita tentu saja tidak bisa membuang semuanya ke pihak swasta. Jadi sampah-sampah itu sudah dipilah sampah plastiknya kemudian sebagian komposnya untuk kompos sampah organik," kata Maulana saat dihubungi, Senin (15/12).
"Nah residu dari sampah tersebut memang besar sekitar 70-80 persen. Jadi kita itu mengelola sampah sendiri itu sekitar 10-20 persen. Sisanya 80 persen kita menggunakan alternatif pihak swasta," sambungnya.
Maulana mengatakan selama ini, di lingkungan RW 9 telah ada program bank sampah. Sampah yang tidak bisa dikelola baru diserahkan ke pihak swasta untuk dibuang. Pihak swasta, lanjut dia, mengambil sampah untuk dibuang 2 kali dalam sepekan.
"Memiliki bank sampah untuk mengelola sampah plastik dan minyak goreng bekas. Memiliki kelompok untuk menampung sampah organik sebagai kompos," ujarnya.
Meski begitu, Maulana menyebut sebelum memutuskan menggunakan pihak swasta sebagai alternatif pembuangan sampah, pihaknya lebih dulu bertanya sampah ini nantinya akan dibuang di mana.
"Kita pastikan dulu mereka ini mau membuang ke mana. Nah pihak swasta ini memang kelola lagi, seperti kami pilah-pilah lagi. Sebagian memang di TPA Cipeucang, sebagian lagi di TPA di luar Tangerang Selatan, salah satunya di Bogor," kata dia.
Dengan adanya alternatif itu, Maulana mengatakan warganya tidak hanya mengandalkan Pemkot Tangsel dalam proses pembuangan sampah.
Meski menggunakan jasa pembuangan sampah dari swasta, Maulana tidak menaikkan iuran ke warganya. Karena menurut dia selama masih bisa menggunakan alokasi anggaran dari kas RW, dia tidak akan membebankan kepada warga untuk menambah iuran.
"Idealnya memang harusnya naik sekitar 25% dari iuran, tapi selama masih bisa dialokasikan dari pos anggaran lain, jadi kami tidak membebankan kenaikan ke warga," ujar dia
"Memang seyogyanya kalau sudah normal kami mungkin akan kembali lagi, sesuai instruksi atau arahan pimpinan entah itu kelurahan, kecamatan atau Lingkungan Hidup [Pemkot Tangsel]. Jadi sementara kami memiliki alternatif-alternatif tersebut," lanjut dia.
Maulana mengatakan, dengan adanya program bank sampah dan pengelola kelompok tani, pihaknya tak khawatir sampah menumpuk.
"Sebelumnya kita enggak ada masalah karena kita udah siap sebelumnya, sehingga residu itu yang kita gunakan alternatif swasta," kata dia.
Lebih lanjut, Maulana mengatakan atas program bank sampah dan kelompok tani, warganya meraih sejumlah penghargaan di tingkat Pemkot Tangsel, yakni:
1. Juara 1 Kelompok Wanita Tani
2. Juara 3 Taman Obat Keluarga
3. Juara 2 Green and Clean
4. Sebagai titik pantai Adipura kategori Perumahan





