JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah gang kecil yang berada tepat di sebelah kiri pintu masuk Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Ciketing Udik, Kota Bekasi, Jawa Barat, menjadi tempat persembunyian para pahlawan lingkungan.
Di dalam gang tersebut terdapat puluhan rumah semi permanen yang berdiri di atas lahan seluas sekitar 4.000 hektare. Di sanalah para pahlawan lingkungan tinggal dan beraktivitas setiap hari.
Para pahlawan lingkungan itu adalah pemulung, warga, serta pengepul yang sehari-harinya mencari dan memilah limbah plastik yang menumpuk dan sulit terurai di TPST Bantargebang.
Baca juga: Lautan Sampah di Kolong Tol Tanjung Priok, Warga Menjerit Tersiksa Bau Busuk
Puluhan warga membuka lapak sebagai pengepul limbah plastik di gang tersebut. Salah satunya adalah “Lapak Bos Min” yang berada tepat di ujung gang dan berhadapan langsung dengan gunungan sampah Bantargebang.
“Lapak Bos Min” berdiri di atas lahan seluas sekitar 500 meter persegi. Atapnya hanya terbuat dari kayu, sementara pijakannya berupa tanah hitam yang bercampur dengan air lindi sampah.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=sampah, Bantargebang, pemulung, TPST Bantargebang, indepth&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xNS8xNTA3NTU2MS9kaS1iYWxpay1ndW51bmdhbi1zYW1wYWgtYmFudGFyZ2ViYW5nLXBhaGxhd2FuLWxpbmdrdW5nYW4tYmVrZXJqYS1kYWxhbQ==&q=Di Balik Gunungan Sampah Bantargebang, Pahlawan Lingkungan Bekerja dalam Sunyi§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Pemilik lapak bernama Andi (34) mengungkapkan bahwa usaha pengepulan limbah plastik yang dikelolanya telah berdiri sejak 1996 dan merupakan warisan dari orangtuanya.
"Usaha dari tahun 1996, ini usaha turun temurun," ujar Andi ketika diwawancarai Kompas.com di lokasi, Jumat (12/12/2025).
Banyak pemulung mencari sampah plastik hingga ke atas gunungan sampah setinggi sekitar 70 meter karena hasil yang diperoleh lebih banyak.
Andi membeli sampah plastik dari para pemulung dengan harga Rp 450 hingga Rp 700 per kilogram. Adapun biaya angkut dari atas gunungan sampah dan proses sortir ditanggung oleh para pengepul, sehingga pemulung hanya bertugas mencari sampah.
Limbah plastik dipilahSetelah dibeli dari pemulung, limbah plastik tersebut dibawa ke lapak untuk dicuci dan dipilah berdasarkan jenisnya.
Baca juga: Jadi Sisa Kejayaan VOC, Kasteel Batavia Kini Terkubur di Antara Truk dan Sampah
Untuk proses pencucian dan pemilahan, Andi mempekerjakan ibu rumah tangga dan pemuda di sekitar lingkungan lapaknya.
"Kalau buat sortir limbah plastik sekarang ada tujuh orang. Ibu-ibu ada dua, sisanya pemuda yang malas cari kerja di luar," ujar dia.
Karyawan di lapaknya ia gaji sekitar Rp 85.000 hingga Rp 100.000 per hari. Para ibu rumah tangga bertugas memilah plastik berdasarkan jenisnya. Hal ini penting karena sampah plastik yang akan dijual ke distributor harus dikelompokkan terlebih dahulu.
Beberapa jenis sampah plastik yang dapat dijual antara lain Polypropylene (PP), High-Density Polyethylene (HDPE/HD), Polyethylene (PE), serta plastik sablon berwarna.




