Bareskrim Polri masih melakukan penyidikan terkait asal-usul gelondongan kayu yang terbawa banjir dan longsor di Sumatera. Salah satu lokasi yang kini menjadi fokus adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) di Desa Angoli dan Garoga, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Dirtipidter Bareskrim Polri, Brigjen Mohammad Irhamni, menjelaskan soal hasil penelusuran sementara, gelondongan kayu itu berasal.
"Dari situ kita cek, kita identifikasi alat buktinya kita forensik kayu yang kita temukan di situ, kita cari identiknya di mana hulunya. Sudah ketemu bahwa sebagian besar itu dari PT TBS," kata Irhamni kepada wartawan di Kejaksaan Agung, Senin (15/12).
Irhamni mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah memeriksa 16 orang saksi. Para saksi itu merupakan karyawan dari perusahaan
"Nanti berkembang siapa yang harus bertanggung jawab itu, dalam proses penyidikan itu mencari siapa yang bertanggung jawab, siapa tersangkanya," ungkap dia.
Dari hasil penelusuran sementara, Irhamni menyebut, kayu-kayu itu diduga berasal dari pembukaan lahan perusahaan.
"Operasionalnya sudah setahun lebih, pembukaan lahan baru. dalam proses pembukaan lahan baru patut diduga dia tidak taat pada UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup)," beber Irhamni.
"Korelasinya atau kausalitas sebab akibatnya kami temukan itu. Jadi memang di sini harus ada sebab akibat, sebab dari mereka, kemudian berakibat orang meninggal, yang rumah tersapu itu 1.000 lebih, kemudian meninggal 46, yang belum ditemukan 22 orang sampai saat ini," sambungnya.
Sebelumnya, Dittipidter Bareskrim Polri menyatakan tengah menelusuri asal kayu gelondongan yang viral terbawa arus banjir di Sumatera Utara-Sumatera Barat-Aceh.
Video yang memperlihatkan kayu gelondongan hanyut terseret banjir di Sumatera Utara ramai di media sosial.
Sejumlah pengguna media sosial kemudian mengaitkan kayu-kayu tersebut dengan fenomena deforestasi di wilayah Sumatera yang yang terdampak banjir dan longsor dalam beberapa waktu terakhir.





