FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial, Eko Kuntadhi, merespons aksi brutal yang melibatkan belasan warga negara asing (WNA) asal China yang disebut menyerang aparat TNI di area tambang emas, Ketapang, Kalimantan Barat.
Eko mengaku terkejut dengan peristiwa tersebut. Ia mempertanyakan bagaimana insiden serius itu bisa terjadi, terlebih melibatkan warga negara asing yang disebut membawa senjata.
“Aduh. Ini gimana ceritanya?” kata Eko di X @ekokuntadhi1 (15/12/2025).
Penelusuran fajar.co.id, insiden kekerasan diduga terjadi di kawasan tambang emas milik PT SRM yang berada di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Dalam peristiwa tersebut, sekitar 15 warga negara asing (WNA) asal China diduga melakukan aksi brutal terhadap anggota TNI yang sedang bertugas di area tambang.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu siang sekitar pukul 15.40 WIB dan sempat menimbulkan kepanikan di lingkungan operasional tambang.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, kejadian bermula saat petugas keamanan internal perusahaan mencurigai adanya sebuah drone yang terbang di sekitar kawasan tambang.
Aktivitas drone tersebut dianggap berpotensi mengganggu keamanan objek vital nasional.
Menindaklanjuti temuan itu, sejumlah personel TNI dari Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) 6 yang kebetulan tengah melaksanakan latihan di wilayah sekitar ikut membantu petugas keamanan untuk melakukan pengejaran terhadap operator drone.
Sekitar 300 meter dari pintu masuk area tambang, petugas gabungan menemukan beberapa WNA yang diduga terkait dengan penerbangan drone tersebut.
Situasi awalnya masih terkendali, namun berubah tegang ketika belasan orang lainnya tiba di lokasi.
Kelompok tersebut diduga membawa sejumlah benda berbahaya, mulai dari senjata tajam, airsoft gun, hingga alat setrum.
Tanpa peringatan, mereka disebut langsung melakukan penyerangan terhadap anggota TNI dan petugas keamanan perusahaan.
Karena jumlah penyerang lebih banyak dan untuk mencegah bentrokan yang lebih luas, personel TNI bersama petugas pengamanan memilih menarik diri dan menyelamatkan diri dari lokasi kejadian.
Akibat insiden itu, sejumlah kendaraan operasional milik perusahaan mengalami kerusakan, baik mobil maupun sepeda motor yang berada di sekitar area tambang.
Meski demikian, tidak dilaporkan adanya korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Aparat keamanan menegaskan bahwa aksi kekerasan tersebut merupakan pelanggaran serius yang tidak dapat ditoleransi.
Hingga kini, pihak berwenang masih melakukan pendalaman guna mengungkap motif kejadian, peran masing-masing pihak yang terlibat, serta memastikan penanganan hukum dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. (Muhsin/fajar)




