Kemenag Berkomitmen Jadi Jembatan Negara dan Masyarakat Sipil

metrotvnews.com
7 jam lalu
Cover Berita

Tangerang: Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan Kementerian Agama (Kemenag) harus memainkan peran strategis sebagai jembatan dan mediator antara negara dan civil society. Ini penting dilakukan dalam rangka menjaga harmoni kehidupan beragama di tengah dinamika sosial yang terus berkembang.

Pesan tersebut disampaikan Nasaruddin saat memberikan keynote speech pada Lokakarya Kementerian Agama bertema 'Mempersiapkan Umat Masa Depan' yang digelar di Tangerang, Banten, Senin, 15 Desember 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama Tahun 2025.

"Kementerian Agama harus benar-benar hadir sebagai penyeimbang. Tidak terlalu cepat turun tangan, tetapi juga tidak abai ketika negara memang harus hadir," ujar Nasaruddin di Tangerang, Senin, 15 Desember 2025.

Nasaruddin berharap Kemenag memiliki target yang terukur agar dapat memainkan peran tersebut. Ia juga berharap dalam lokakarya yang dihadiri para tokoh agama, akademisi, perwakilan ormas keagamaan, hingga pejabat Kemenag ini dapat dirumuskan arah Kemenag ke depan.

"Kita harus merumuskan apa itu umat masa depan dan apa yang harus dilakukan Kemenag. Besok akan kita tindak lanjuti apa yang dirumuskan hari ini dalam Rakernas. Saya berharap Kemenag bisa memainkan peran penyeimbang ini," tutur Nasaruddin.

Baca Juga :

Kemenag Fokus logistik dan Pemulihan Layanan Keagamaan di Sumatra
Menurut Nasaruddin, tanpa peran penyeimbang yang kuat, hubungan antara agama dan negara berpotensi saling menekan dan memunculkan persoalan baru di tengah masyarakat. Negara yang terlalu dominan mengatur agama, kata dia, dapat menggerus otonomi agama. Sebaliknya, jika agama terlalu jauh memengaruhi negara, berisiko membawa Indonesia ke arah negara agama.

"Kementerian Agama harus berada di posisi tengah sebagai jembatan yang adil," tegas Nasaruddin.

Ia juga menyoroti tantangan keumatan yang semakin kompleks akibat adanya jarak antara ajaran agama yang bersifat normatif dengan realitas masyarakat modern yang rasional, terbuka, dan bergerak cepat. Kondisi ini menuntut kehadiran negara yang proporsional dalam urusan keagamaan agar tidak menimbulkan ketegangan sosial.

"Di sinilah Kementerian Agama harus mampu menjembatani dua dunia yang secara emosional dan intelektual berbeda," kata Nasaruddin.

Menteri Agama Nasaruddin Umar. Foto: Dok Humas Kemenag.

Selain itu, Nasaruddin mengingatkan pentingnya menjaga independensi agama agar tidak menjadi alat legitimasi politik. Menurut dia, keseimbangan antara keberpihakan pada negara dan kepentingan umat harus terus dijaga agar kepercayaan publik tetap terpelihara.

"Kaki kita berpijak di negara, tetapi pada saat yang sama kita juga harus berpihak pada kepentingan umat. Jika keseimbangan ini hilang, kepercayaan masyarakat terhadap agama dan negara bisa melemah," ujar Nasaruddin. Outlook Kehidupan Beragama Kementerian Agama di 2026  Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin dalam laporannya menyampaikan bahwa lokakarya ini diselenggarakan untuk mendukung penyusunan Outlook Kehidupan Beragama Kementerian Agama Tahun 2026 sebagai dokumen strategis kebijakan.

"Kehidupan keagamaan saat ini menghadapi tantangan serius, mulai dari digitalisasi, perubahan orientasi spiritual generasi muda, polarisasi identitas, maraknya hoaks keagamaan, isu minoritas, konflik rumah ibadah, hingga tantangan global seperti krisis iklim," ujar Kamaruddin.

Menurutnya, kondisi tersebut menuntut kebijakan keagamaan yang responsif, inklusif, dan berbasis data. Outlook Kehidupan Beragama 2026 diharapkan dapat memetakan tren, isu, risiko, serta arah kebijakan keagamaan yang akan menjadi rujukan program dan layanan Kementerian Agama pada tahun mendatang.

Kamaruddin menambahkan, lokakarya ini menjadi forum validasi tren dan pendalaman isu dengan melibatkan tokoh agama, akademisi, peneliti, serta perwakilan kementerian dan lembaga. Konseptualisasi umat masa depan menjadi fokus utama dengan penekanan pada nilai toleransi, inklusivitas, kepedulian terhadap lingkungan, dan cinta kasih kepada sesama.

"Dengan visi yang jelas tentang umat masa depan, Kementerian Agama dapat menyusun kebijakan dan program yang lebih terarah serta berdampak nyata," tegas Kamaruddin.

Lokakarya ini diikuti oleh pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama, Kepala Kantor Wilayah Kemenag, Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri, pimpinan organisasi masyarakat keagamaan, tokoh agama, akademisi, dan budayawan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Berpasangan dengan Fikri, Fajar Alfian Ingin Hapus Kutukan di BWF World Tour Finals
• 4 jam laluskor.id
thumb
Catatan Dahlan Iskan: Otot Kuat
• 42 menit lalugenpi.co
thumb
Satgas PKH: Regulasi Kehutanan Bakal Dievaluasi, Cegah Bencana Sumatera Terulang
• 11 jam lalukumparan.com
thumb
Polisi Ungkap Pelaku Penembakan di Pantai Bondi Australia Ayah dan Anak
• 20 jam laludetik.com
thumb
Taipan Properti Kelahiran Indonesia Curi Perhatian Dunia
• 21 jam laluviva.co.id
Berhasil disimpan.