Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten perkebunan sawit dan pengelolaan crude palm oil (CPO) diketahui memiliki kebun yang luas di Pulau Sumatra. Kebun-kebun tersebut tersebar di berbagai penjuru Pulau Sumatra, yang baru-baru ini terkena bencana banjir.
Berdasarkan penelusuran Bisnis, emiten sawit milik Grup Salim PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) menjadi salah satu perusahaan sawit yang memiliki kebun di Sumatra. Berdasarkan laporan tahunannya, perkebunan kelapa sawit LSIP sebagian besar berlokasi di pedesaan Sumatera dan Kalimantan.
LSIP menyampaikan memiliki lahan tertanam inti di Provinsi Sumatera Utara sebesar 37.228 hektar, dan sebesar 49.518 ha di Sumatera Selatan.
Corporate Secretary LSIP Fajar Triadi menjelaskan sampai saat ini area yang terdampak genangan air imbas banjir memiliki luas di bawah 2% dari total luas lahan perkebunan perseroan di Sumatera Utara dan kondisinya terus membaik. Adapun, bencana banjir melanda Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
“Hal ini [banjir] tidak berdampak signifikan baik dari aspek finansial, fasilitas produksi, dan kegiatan operasional perseroan,” ucap Fajar dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (15/12/2025).
Dia melanjutkan, LSIP terus memantau kondisi di lapangan untuk mengantisipasi dan memastikan kesehatan, keselamatan, dan keamanan bagi karyawan yang bekerja di lokasi.
Baca Juga
- KLH Ungkap Degradasi Parah di Pesisir Timur Aceh, Hutan Diserobot untuk Tambang dan Sawit
- Otoritas Pajak Soroti Praktik Sawit, Ungkap Pelanggaran Hulu hingga Hilir
- Kemitraan Plasma Satu Atap Triputra Agro (TAPG) Dorong Pendapatan Petani Sawit
Emiten selanjutnya yang juga memiliki perkebunan di Pulau Sumatra adalah PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI). AALI memiliki dua perusahaan yang beroperasi di Aceh, yaitu PT Perkebunan Lembah Bhakti dan PT Karya Tanah Subur yang keduanya berada di Kabupaten Aceh Singkil. Selain Aceh, AALI juga memiliki sejumlah entitas anak di Provinsi Riau.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan AALI Tinging Sukowignjo menjelaskan AALI maupun entitas dalam grup tidak memiliki fasilitas produksi atau operasional yang terdampak oleh kejadian banjir di Pulau Sumatra.
“Tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang secara material dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perseroan serta harga saham perseroan yang belum diungkap ke publik,” ujar Tingning.
Emiten lain yang juga memiliki kebun di Pulau Sumatra adalah PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) di wilayah Lampung dan Sumatera Selatan, dengan total lahan tertanam sebesar 79.000 ha.
Emiten selanjutnya yang juga memiliki kebun di Pulau Sumatra adalah PT Triputra Agro Lestari Tbk. (TAPG). Emiten sawit milik TP Rachmat ini memiliki perkebunan dan pabrik kelapa sawit serta karet di Jambi. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) TAPG dari wilayah Sumatra merupakan yang terkecil dibandingkan dengan wilayah kebun TAPG lainnya.
Tak ketinggalan emiten sawit afiliasi Ciliandra Fangiono PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) tercatat memiliki kebun di Provinsi Sumatera Utara. ANJT memiliki kebun sawit seluas 9.988 ha di Binanga, dan seluas 9.412 ha di Padang Sidempuan. Selain itu, ANJT juga memiliki perkebunan sawit di Provinsi Sumatera Selatan.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan ANJT Hilman Lukito menjelaskan ANJT melalui entitas anak memiliki kebun di Provinsi Sumatera Utara, yaitu PT Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJA) yang berlokasi di Binanga dan PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (ANJAS) yang berlokasi di Padang Sidempuan.
Menurutnya, berdasarkan laporan operasional, kegiatan di kebun ANJA tetap berjalan normal dan tidak mengalami dampak banjir maupun tanah longsor sehingga seluruh kegiatan operasional berlangsung seperti biasa.
Sementara itu, kebun ANJAS mengalami gangguan operasional akibat curah hujan yang tinggi dan genangan air di beberapa bagian areal kebun, serta adanya sejumlah titik longsor pada jalan poros ANJAS-Padang Sidempuan yang menghambat akses logistik.
“Meskipun demikian, seluruh fasilitas seperti perumahan karyawan, gudang, PKS, kantor kebun, klinik dalam kondisi aman dan seluruh karyawan serta staf berada dalam kondisi selamat dan sehat,” ujar Hilman.
Direktur PT Rumah Para Pedagang Kiswoyo Adi Joe menjelaskan dengan dampak banjir Sumatra ini, apabila kebun sawit tidak kebanjiran, maka produksi sawit tidak akan menjadi masalah.
“Apabila kebunnya kebanjiran, itu kan tidak bisa panen, maka produksi turun. Ketika produksi turun, maka harga tetap di atas, harga susah turun,” ujar Kiswoyo, Senin (15/12/2025).
Adapun untuk tahun depan, Kiswoyo melihat harga komoditas CPO masih bisa berada di atas RM4.000. Hal ini lebih disebabkan karena produksi CPO Indonesia yang tidak meningkat.
Di lantai bursa, pergerakan saham-saham emiten sawit sejak awal tahun sampai hari ini, Senin (15/12/2025) tercatat masih bergerak moncer. Saham LSIP misalnya, telah menguat 16,92% sejak awal tahun.
Lalu saham TAPG telah menguat 94,77% secara year to date (YTD), saham AALI juga menguat 20,97% sejak awal tahun, dan SGRO telah naik 251,64% secara YTD. Sementara itu, saham ANJT juga tercatat naik 148,95% sejak awal tahun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.





