Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana untuk bertolak ke Amerika Serikat (AS) untuk berbicara dengan United States Trade Representative (USTR) pada Rabu (17/12). Kegiatan ini untuk melanjutkan pembahasan mengenai kesepakatan tarif perdagangan yang saat ini mengalami tarik-ulur.
Airlangga mengatakan tim negosiator Indonesia sudah berada di AS dan mulai melakukan pembahasan teknis. "Tim sudah sampai di AS dan mereka sudah mulai bicara, saya lusa akan berangkat ke sana," kata Airlangga di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (15/12).
Dia menekankan target pengecualian tarif untuk komoditas tertentu tetap 0%, sehingga bisa masuk pasar AS tanpa dikenakan tarif tambahan. Hal ini mencakup salah satunya minyak kelapa sawit dan kakao.
Ketua Umum Partai Golkar 2017-2024 ini menyebut komoditas kelapa sawit termasuk dalam pembahasan bilateral yang masih dibahas secara khusus. "Tapi khusus kelapa sawit masuk ke bilateral. Ini yang akan dibahas," ujar Airlangga.
Kesepakatan perjanjian tarif perdagangan 19% untuk barang asal Indonesia yang masuk ke AS terancam batal. Seorang pejabat AS kepada Reuters menyampaikan Indonesia mulai menarik kembali sejumlah komitmen yang sebelumnya disepakati pada Juli lalu.
“Mereka menarik diri dari apa yang sudah kami sepakati pada Juli,” kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, sebagaimana diberitakan oleh Reuters pada Selasa (9/12). Pejabat tersebut tidak merinci komitmen spesifik yang kini dipersoalkan oleh Indonesia.
Pemerintah AS lewat Joint Statement di laman The White House pada 22 Juli lalu mengumumkan penurunan tarif perdagangan bagi barang asal Indonesia yang masuk ke pasar Amerika Serikat. Dalam pernyataan itu, Washington menetapkan tarif turun dari 32% menjadi 19%.
Keputusan itu muncul sebagai imbalan atas kesediaan Indonesia menghapus tarif lebih dari 99% barang asal Amerika Serikat serta mencabut seluruh hambatan non-tarif yang sebelumnya membatasi aktivitas perusahaan-perusahaan AS di Indonesia.
Pejabat AS yang berbicara kepada Reuters mengatakan pejabat-pejabat Indonesia telah memberi tahu Perwakilan Dagang AS (USTR), Jamieson Greer, bahwa Jakarta tidak dapat menyetujui sejumlah komitmen yang bersifat mengikat dan ingin merumuskan ulang kesepakatan tersebut.
Lebih jauh, Pejabat AS itu menilai perubahan yang diajukan Jakarta berpotensi menghasilkan perjanjian yang lebih merugikan Amerika Serikat dibandingkan kesepakatan dagang terbaru Washington dengan Malaysia dan Kamboja.
Pernyataan tersebut sekaligus menguatkan laporan Financial Times yang terbit lebih awal pada Selasa. Financial Times melaporkan para pejabat AS menilai Indonesia mundur dari kesepakatan untuk menghapus hambatan non-tarif terhadap ekspor industri dan pertanian Amerika Serikat.



