FAJAR, MAKASSAR – Festival Buku Literasi kembali digelar untuk kedua kalinya. Menggandeng NIPAH PARK dan Ja & Joy sebagai kolaborator, Dinas Pariwisata Makassar menghadirkan 20 tenant dari berbagai komunitas pustaka maupun nonpustaka lokal. Festival yang berlangsung selama dua hari ini menampilkan beragam acara, mulai dari workshop, musik, talkshow, puisi, hingga monolog.
Pada hari pertama, suasana festival sudah ramai sejak dibuka. Pengunjung yang hadir bukan hanya dari kalangan pelajar, tetapi juga komunitas literasi, penulis lokal, serta masyarakat umum yang penasaran dengan berbagai tenant buku yang berpartisipasi.
Pustaka Merah Hitam, salah satu tenant, mengungkap bahwa mereka menyediakan sekitar 200 judul buku untuk dijual selama festival. Koleksi tersebut mencakup berbagai genre, mulai dari fiksi, pengembangan diri, sejarah, hingga karya penulis lokal Makassar.
“Antusiasme pengunjung cukup tinggi. Sejak festival dibuka, banyak yang mampir untuk melihat-lihat dan membeli buku. Paling banyak dicari adalah buku fiksi remaja dan buku pengembangan diri yang sedang tren,” ujar Sari, pustakawan Pustaka Merah Hitam.
Selain menjual buku, Pustaka Merah Hitam juga memanfaatkan festival sebagai ajang memperkenalkan penulis lokal kepada pengunjung. Beberapa karya penulis Makassar mendapat perhatian besar karena mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat kota ini.
Salah satu penulis lokal yang dikenal luas, Aan Mansyur, tampil sebagai pemateri dalam workshop “Kontra/Diksi: Bahasa Ibu dan Puisi”. Penulis buku Melihat Api Bekerja itu menuturkan bahwa bahasa Bugis memiliki keunikan tersendiri. Misalnya, kata “mustahil” digambarkan dengan ungkapan mempe bosi yang berarti “memanjat hujan.”
“Saya ingin mengutip seorang penulis Afrika yang mengatakan bahwa cara pandang tunggal itu seperti karbon monoksida bagi kebudayaan—beracun. Sementara bahasa ibu adalah oksigen bagi kebudayaan kita,” ungkap Aan Mansyur menutup workshop tersebut.
Menjelang akhir acara hari pertama, band lokal Makassar, Paradivya, tampil membawakan lagu-lagu mereka sendiri. Festival kemudian ditutup dengan talkshow
“Kolektif: Seni Berkomunitas” bersama Kata Kerja dan Tim 7.
Pada hari kedua, Festival Buku Literasi menghadirkan pesta puisi dan monolog dari EM yang membawakan dua puisi Joko Pinurbo berjudul “Kamus Kecil” dan “Anjing”, dirangkai menjadi sebuah penampilan monolog. Festival akhirnya ditutup dengan penampilan spesial dari band Ruang Baca. (*)
Penulis: Muh Fausi Zaky & Mustabsyirah
Mahasiswa Magang FAJAR dari Sastra Indonesia Unhas


