Pemerintahan Trump mengumumkan gelombang sanksi baru terhadap rezim Presiden Venezuela Nicolás Maduro. Target sanksi kali ini mencakup tiga keponakan istri Maduro, seorang pengusaha Panama, serta enam kapal tanker minyak dan perusahaan pelayaran terkait. Pekan ini, Amerika Serikat untuk pertama kalinya mencegat sebuah kapal tanker yang mengangkut minyak mentah Venezuela. Selanjutnya, Washington bersiap mengambil tindakan terhadap lebih banyak kapal tanker yang terlibat pelanggaran sanksi, guna semakin meningkatkan tekanan ekonomi terhadap rezim Maduro.
EtIndonesia. Departemen Keuangan AS pada 11 Desember 2025 mengumumkan sanksi terhadap enam supertanker yang baru-baru ini memuat minyak mentah di Venezuela beserta perusahaan-perusahaan terkait, serta seorang pengusaha Panama bernama Ramon Carretero Napolitano.
Daftar sanksi ini juga mencakup tiga keponakan istri Maduro, Cilia Flores. Dua di antaranya pernah ditangkap oleh Badan Pemberantasan Narkoba AS (DEA) di Haiti pada tahun 2015 dan pada 2016 divonis bersalah di New York atas kasus perdagangan kokain, sehingga dijuluki “keponakan narkoba”.
Pemerintahan Trump menegaskan bahwa sanksi serta tindakan penyitaan kapal tanker ini bertujuan menghantam jaringan perdagangan minyak ilegal dan mencegah aliran dana menuju organisasi teroris serta rezim ilegal yang menurut AS harus dihentikan.
Reuters, mengutip sejumlah sumber yang mengetahui masalah ini, melaporkan bahwa Departemen Kehakiman AS dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS telah mempersiapkan selama berbulan-bulan langkah untuk menargetkan sekelompok kapal tanker “armada bayangan” yang terkena sanksi sebagai sasaran penyitaan berikutnya.
Kapal-kapal ini kerap mengangkut minyak mentah dari negara-negara yang dikenai sanksi seperti Iran, Venezuela, dan Rusia. Dalam rantai perdagangan ini, Tiongkok (PKT) merupakan pembeli terbesar.
Sejak 2019, Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap industri minyak Venezuela. Namun, pekan ini menandai pertama kalinya AS secara langsung mencegat pengiriman minyak mentah Venezuela. Menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut, setelah penyitaan kapal Skipper pada Rabu (10 Desember), setidaknya tiga pengiriman—sekitar 6 juta barel—minyak andalan Venezuela jenis Merey yang semula dijadwalkan untuk ekspor telah ditunda. Beberapa kapal tanker memilih menunggu di perairan pesisir Venezuela untuk menghindari pencegatan oleh militer AS setelah memasuki perairan internasional.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengungkapkan rincian langkah lanjutan sebelumnya, namun akan “terus melaksanakan kebijakan sanksi presiden untuk mencegah minyak pasar gelap mendanai rezim nakal serta terorisme narkoba”.
Sumber-sumber terkait menilai bahwa jika Amerika Serikat terus menyita kapal tanker minyak, hal tersebut akan menjadi pukulan berat bagi sumber pendapatan utama Venezuela dan membuat pemerintah Maduro menghadapi tekanan ekonomi yang jauh lebih besar. (Hui)
Laporan oleh reporter New Tang Dynasty Television, Liu Jiajia, dari Amerika Serikat.





:quality(80):format(jpeg)/posts/2025-12/14/featured-7d3bb719d6b5c8d7eff7fb830b2ce68b_1765721838-b.jpg)