Wabah influenza di Tiongkok kian meningkat, dengan berbagai virus menyebar secara bersamaan. Unit gawat darurat rumah sakit anak di banyak kota dipenuhi pasien. Di Beijing, Tianjin, dan Zhejiang, sejumlah sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar karena infeksi massal di tingkat kelas.
Di Henan, seorang anak perempuan berusia 7 tahun terinfeksi influenza A, dan dalam beberapa jam paru-paru kanannya berubah menjadi “putih”. Otoritas resmi mengakui bahwa virus influenza A terus bermutasi, dan kini muncul apa yang disebut influenza A “tipe K” yang menyebar lebih cepat.
Menurut laporan, kasus berat dan kematian meningkat tajam di berbagai daerah. Warga dilanda kepanikan dan mempertanyakan apakah ini sebenarnya wabah COVID-19 yang kembali merebak, sementara pihak berwenang diduga menutupi fakta.
Etindonesia. Belakangan ini, di Henan, banyak anak yang terinfeksi influenza A dengan cepat berkembang menjadi “paru-paru putih” dan harus dirawat di ICU.
Pada 10 Desember, kabar tentang seorang anak perempuan 7 tahun di Zhengzhou, Henan, yang paru-paru kanannya memutih total hanya dalam beberapa jam setelah terinfeksi influenza A, menjadi topik teratas di Weibo.
Ibu anak tersebut mengatakan kepada media bahwa anaknya telah dirawat di ICU selama 8 hari dan hingga kini belum sadar. Dokter mendiagnosis influenza A yang disertai infeksi bakteri, memicu sepsis sistemik dan berujung pada gagal fungsi banyak organ.
Orang tua di Henan mengatakan: “Dari hasil pemeriksaan, itu pneumonia influenza A yang parah. Dalam hitungan jam saja, langsung menjadi paru-paru putih.”
Baru-baru ini, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menyatakan bahwa puncak influenza nasional kemungkinan besar terjadi pada awal hingga pertengahan Desember. Subtipe influenza A H3N2 masih mendominasi, dengan proporsi lebih dari 95%.
Namun, menurut laporan, Beijing dan banyak kota lain telah memasuki masa puncak influenza A. Grup percakapan orang tua siswa sekolah dasar “meledak”, dipenuhi cerita anak tertular lalu seluruh keluarga ikut terinfeksi.
Seorang tabib pengobatan tradisional Tiongkok di daratan Tiongkok mengatakan: “Belakangan ini influenza A benar-benar sangat parah, karena kondisinya sekarang hampir sama dengan COVID-19 saat itu.”
Menurut pengungkapan dari masyarakat, wabah klaster influenza di TK dan sekolah di banyak daerah meningkat tajam. Banyak sekolah dasar dan menengah menutup kegiatan, dan rumah sakit anak penuh sesak.
Warga Liaoning, Tn. Li (suara disamarkan), mengatakan: “Banyak anak kena influenza A, dari kelas 1–2 SD sampai usia belasan tahun. Banyak yang demam 38–39 derajat, batuk, muntah, diare—tubuh terasa sangat tidak enak. Katanya ada yang meninggal. Sekolah biasanya tutup, sudah sekitar sepuluh hari, mendekati puncaknya.”
Media resmi Partai Komunis Tiongkok mengklaim bahwa alasan utama influenza tahun ini sangat ganas adalah munculnya influenza A ‘tipe K’. Varian ini lebih mudah menempel pada saluran pernapasan dan masuk ke tubuh, sehingga penyebarannya lebih cepat. Selain virus influenza, virus pernapasan lain seperti RSV (Respiratory Syncytial Virus) dan adenovirus juga tengah beredar. Situasi sebenarnya masih belum jelas.
Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Shanghai menyatakan bahwa influenza A tipe K bukan virus baru, dan masih termasuk subtipe influenza A H3N2. Namun, menurut pengungkapan masyarakat, jumlah pasien berat meningkat tajam, dan angka kematian mendadak pada kaum muda terus naik. Banyak yang meyakini bahwa yang sebenarnya merebak kembali adalah virus COVID-19, serta mempertanyakan apakah pihak berwenang menutup-nutupi kebenaran.
“Sejak masuk November, orang yang flu, pilek, suntik, infus itu sangat banyak, antre panjang. Yang dirawat inap pasti paru-paru putih. Siswa sekolah yang ke rumah sakit juga sangat banyak. Naik bus, hampir semua orang pakai masker, sekarang semua orang panik. Mau dibilang influenza A, flu biasa, atau flu berat, silakan—tapi tidak boleh bilang COVID,” ujar Warga Changzhi, Provinsi Shanxi, Tn. Luo (suara disamarkan).
Berdasarkan data pemantauan CDC Tiongkok, musim influenza tahun ini telah menjadi yang tertinggi dalam hampir empat tahun terakhir. Yang lebih mengkhawatirkan, tren ini masih terus meningkat. (Hui)




