BSKDN Soroti Pentingnya Integrasi Data dan Evaluasi dalam Policy Hub

mediaindonesia.com
10 jam lalu
Cover Berita

BADAN Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) meneguhkan peran sebagai policy hub yang menjadi pusat konsolidasi pengetahuan, analisis strategis, dan rekomendasi kebijakan berbasis bukti.

Sekretaris BSKDN Noudy RP Tendean mengungkapkan adanya perubahan lanskap pembangunan nasional menuntut tata kelola pemerintahan yang adaptif, responsif, dan berbasis data. Menurutnya, perencanaan strategis kini bukan lagi sekadar formalitas, tetapi instrumen yang menentukan arah pembangunan agar selaras dengan RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029. Karena itu, kehadiran BSKDN sebagai policy hub menjadi sangat penting untuk menjembatani kompleksitas isu, menganalisis data lintas sektor, serta menyusun rekomendasi kebijakan yang lebih akurat dan implementatif.

Noudy menekankan perlunya penguatan mekanisme analisis dan evaluasi kebijakan agar setiap rekomendasi yang dikeluarkan BSKDN memiliki dasar yang kuat dan relevan. Selain itu, integrasi data dan inovasi kebijakan dipandang krusial untuk membangun ekosistem pengetahuan yang mampu mendukung pengambilan keputusan di lingkungan Kemendagri maupun pemerintah daerah. Penguatan tata kelola kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, serta modernisasi proses bisnis juga disebut sebagai elemen penting dalam mewujudkan peran BSKDN sebagai simpul kebijakan nasional di bidang pemerintahan dalam negeri.

“Dengan penguatan sistem analisis dan data yang terintegrasi, setiap rekomendasi kebijakan yang dihasilkan BSKDN akan lebih akurat, relevan, dan berdampak nyata. Ini yang ingin kita bangun sebagai fondasi policy hub Kemendagri,” ujar Noudy dalam keterangan yang diterima (15/12).

Sementara itu, akademisi Universitas Indonesia Rudi Sumarwono menambahkan perspektif penting terkait perlunya pendekatan logis dalam penyusunan kebijakan. Dia memperkenalkan logical framework analysis (LFA) sebagai alat sekaligus pendekatan yang mampu membantu merencanakan, mengelola, memonitor, dan mengevaluasi program berdasarkan logika sebab-akibat yang jelas. Rudi menjelaskan, kerangka ini menuntut kejelasan tujuan, indikator terukur, analisis risiko, hubungan sebab-akibat yang rasional, serta sistem monitoring yang solid.

Menurutnya, LFA sangat penting untuk memastikan kebijakan benar-benar menyelesaikan akar persoalan. Tanpa kerangka logis, kebijakan berpotensi hanya merespons gejala permukaan dan justru menimbulkan masalah baru. "Logical thinking juga sangat diperlukan untuk menghindari kebijakan disusun berdasarkan simtom-simtom saja, bukan dari akar masalahnya. Hal seperti akan membawa hambatan bagi terwujudnya kebijakan berbasis data yang tepat," tegas Rudi. (M-3)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Cerai, Adly Fairuz dan Angbeen Rishi Punya Waktu 14 Hari untuk Banding
• 1 jam lalugenpi.co
thumb
Ukraina Sudah Menyerah, Trump Ungkap Akhir Perang Tinggal "Sejengkal"
• 6 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Saham KLBF Milik Siapa? Emiten Farmasi, Inilah Daftar Pengendali dan Pemiliknya
• 18 jam laluidxchannel.com
thumb
Prabowo Dapat Info Ada Anggota TNI dan Polri Terlibat Penyelundupan Ilegal: Ini Harus Segera Ditindak
• 13 jam laluliputan6.com
thumb
Cara Mudah Daftar Barcode Pertalite untuk Transaksi BBM
• 7 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.