FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Dugaan aksi brutal belasan warga negara asing (WNA) asal China terhadap aparat TNI di area tambang emas PT SRM, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, terus menuai sorotan publik.
Insiden tersebut memantik reaksi keras dari berbagai kalangan, salah satunya Aktivis Kolaborasi Rakyat Jakarta, Andi Sinulingga.
Andi mempertanyakan keberanian para WNA tersebut yang diduga melakukan penyerangan terhadap aparat negara di wilayah Indonesia.
“Tahu kenapa mereka seberani itu di negeri ini?,” ujar Sinulingga di X @AndiSinulingga (16/12/2025).
Publik merasa gelisah terhadap insiden ini karena dianggap mencederai wibawa aparat keamanan sekaligus kedaulatan negara, khususnya di kawasan pertambangan yang selama ini rawan konflik.
Sementara itu, Kapolsek Tumbang Titi, Iptu Made Adyana, membenarkan adanya peristiwa tersebut.
Ia menyampaikan bahwa hingga kini pihak perusahaan tambang, PT SRM, belum membuat laporan resmi ke kepolisian terkait insiden yang terjadi.
“Sampai dengan saat ini situasi kondusif,” ucap Made.
Meski belum ada laporan resmi, Made memastikan aparat kepolisian tetap melakukan pemantauan dan koordinasi dengan pihak terkait untuk menjaga stabilitas keamanan di sekitar lokasi tambang.
Terkait kemungkinan proses hukum, Made mengungkapkan bahwa pihak PT SRM masih berkoordinasi dengan tim kuasa hukum mereka untuk menentukan langkah selanjutnya.
Sebelumnya diketahui, sekitar 15 warga negara asing (WNA) asal China diduga melakukan aksi brutal terhadap anggota TNI yang sedang bertugas di area tambang.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu siang sekitar pukul 15.40 WIB dan sempat menimbulkan kepanikan di lingkungan operasional tambang.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, kejadian bermula saat petugas keamanan internal perusahaan mencurigai adanya sebuah drone yang terbang di sekitar kawasan tambang.
Aktivitas drone tersebut dianggap berpotensi mengganggu keamanan objek vital nasional.
Menindaklanjuti temuan itu, sejumlah personel TNI dari Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) 6 yang kebetulan tengah melaksanakan latihan di wilayah sekitar ikut membantu petugas keamanan untuk melakukan pengejaran terhadap operator drone.
Sekitar 300 meter dari pintu masuk area tambang, petugas gabungan menemukan beberapa WNA yang diduga terkait dengan penerbangan drone tersebut.
Situasi awalnya masih terkendali, namun berubah tegang ketika belasan orang lainnya tiba di lokasi.
Kelompok tersebut diduga membawa sejumlah benda berbahaya, mulai dari senjata tajam, airsoft gun, hingga alat setrum.
Tanpa peringatan, mereka disebut langsung melakukan penyerangan terhadap anggota TNI dan petugas keamanan perusahaan.
Karena jumlah penyerang lebih banyak dan untuk mencegah bentrokan yang lebih luas, personel TNI bersama petugas pengamanan memilih menarik diri dan menyelamatkan diri dari lokasi kejadian.
Akibat insiden itu, sejumlah kendaraan operasional milik perusahaan mengalami kerusakan, baik mobil maupun sepeda motor yang berada di sekitar area tambang.
Meski demikian, tidak dilaporkan adanya korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Aparat keamanan menegaskan bahwa aksi kekerasan tersebut merupakan pelanggaran serius yang tidak dapat ditoleransi.
(Muhsin/fajar)





:strip_icc()/kly-media-production/medias/5445128/original/066356200_1765806114-Thailand_u-22.jpg)