FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Penggugat ijazah Joko Widodo, dr. Tifauzia Tyassuma alias Dokter Tifa punya pendapat usai berlangsungnya Gelar Perkara Khusus.
Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, Gelar Perkara Khusus ijazah Jokowi ini disebutnya hanya “Permainan Ilusi Transparansi”.
Dimana, janji Jokowi untuk menunjukkan ijazah ke pengadilan diingkari dan memilih melalui Polda.
“Gelar Perkara Khusus hanyalah Permainan Ilusi Transparansi,” tulisnya dikutip Selasa (16/12/2025).
“Jokowi berjanji akan menunjukkan ijazah ke pengadilan. Ternyata dia, melalui Polda, menunjukkan ijazahnya di gelar perkara khusus,” tuturnya.
Yang semakin menguatkan statemennya, Tifa menyebut ijazah tersebut hanya diperlihatkan selama kurang dari 10 menit waktu yang diberikan.
Ijazah tersebut sekedar hanya diperlihatkan dalam jangka waktu yang pendek tanpa dilakukan apa-apa.
“Ditunjukkannya ijazah itu, yang hanya berlangsung kurang dari 10 menit. Dan berbagi adu kepala dengan puluhan orang yang hadir. Tidak ada proses observasi, penelitian, pengkajian yang memadai dengan waktu sependek itu. Apalagi kami dilarang menyentuh, memegang, meraba, dan menguji selembar kertas yang disebut ijazah tersebut,” sebutnya.
“Itulah permainan manipulasi otak,” jelasnya.
Ia mengaku sempat meminta ijazah itu diperlihatlan di awal gelar perkara, namun mendapatkan penolakan dan baru diperlihatkan setelah enam jam kegiatan berlangsung.
Ada pesan dari Dokter Tifa ke masyarakat agar tidak terpengaruh dengan apapun itu, sebab ini merupakan salah satu permainan manipulasi otak.
“Saya meminta ijazah ditunjukkan di saat awal gelar perkara. Tetapi dipenuhi di saat terakhir, setelah 6 jam diskusi yang sangat melelahkan. Dilakukan hampir tengah malam. Ketika otak sudah lelah berpikir,” paparnya.
“Masyarakat harus paham dan tidak boleh terjebak dalam ilusi transparansi yang sedang dimainkan ini,” lanjutnya.
Tifa juga berkomitmen bersama Roy Suryo dan Rismon Sianiparasih akan tetap mengawal permasalahan ini.
Salah satunya dengan terus melanjutkan penelitian untuk membuktikan asli atau tidaknya ijazah dari mantan Presiden ketujuh RI itu.
“Sebab, ini bukan soal asli dan tidaknya ijazahnya tersebut. Pembuktian keaslian ijazah bagi RRT sudah selesai. Sudah kami tuntaskan secara science-based. Ini adalah perang konsistensi. RRT tetap konsisten dengan hasil penelitiannya. Jokowi tetap konsisten dengan kebohongannya,” tegasnya.
“Dia lupa, ijazah bukan dokumen tunggal yang berdiri sendiri. Ada transkrip nilai yang amburadul, skripsi yang muncul tahun 2108, KKN yang terjadi dua kali, kartu Registrasi masuk ke prodi Sarjana Muda dan bukan prodi Sarjana, dan 700++ dokumen yang disita Polda dari UGM. Untuk saya, dr Tifa, semua bahan itu adalah tanda kegiatan penelitian kami akan terus berlanjut,” terangnya.
(Erfyansyah/fajar)





