Luka atau Pelukan? Interaksi Orang Tua Membentuk Cara Anak Memahami Cinta

kumparan.com
11 jam lalu
Cover Berita

Fenomena perceraian publik yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini, seperti Jule-Daehoon dan Raisa-Hamish Daud, kembali mengingatkan kita bahwa hubungan orang tua memiliki dampak yang lebih besar dari apa yang bisa kita lihat. Namun, jauh sebelum ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah, anak telah mempelajari banyak hal tentang hubungan orang tua, bahkan pada keluarga yang tidak bercerai sekalipun.

Perlu Anda ketahui bahwa rumah merupakan tempat pertama anak mempelajari apa itu cinta. Anak memperoleh pemahaman awal mereka tentang kasih sayang dari cara ayah dan ibu berbicara, berdebat, bekerja sama, saling menghargai atau bahkan saling mengabaikan. Pola interaksi orang tua yang terlihat dalam kehidupan sehari–hari, baik yang hangat maupun yang berisi konflik, menjadi “bahasa” pertama yang membentuk pemahaman anak tentang bagaimana hubungan seharusnya dijalani dan dirasakan.

Meskipun data BPS menunjukkan saat ini angka perceraian nasional telah menurun dari puncaknya pada tahun 2022, kenyataannya banyak anak tetap tumbuh ditengah hubungan keluarga yang rumit, seperti perselisihan dan pertikaian yang berulang-ulang. Pengalaman inilah yang sering meninggalkan dampak jangka panjang pada cara anak memahami cinta, kepercayaan, dan keamanan dalam hubungan. Lantas, bagaimana interaksi antara orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat meninggalkan “luka” atau “pelukan” yang membentuk cara anak memahami makna cinta?

Cinta Pertama Anak: Cara Orang tua Saling Memperlakukan

Seperti yang kita tahu, anak-anak merupakan pengamat yang ulung. Anak tidak hanya menyerap apa yang mereka dengar, tetapi juga apa yang mereka lihat dalam interaksi kedua orang tuanya. Proses ini dikenal sebagai modeling. Mekanisme ini dijelaskan oleh Yu Tang dkk. (2023) yang menunjukkan bahwa kualitas hubungan ayah–ibu memengaruhi cara anak belajar memahami emosi, membangun kedekatan, dan akhirnya memaknai cinta.

Orang tua dapat mengekspresikan emosi secara positif apabila hubungan yang mereka jalani hangat dan suportif. Ekspresi positif ini akan membangun Kelekatan Aman (Secure Attachment) pada anak. Menurut penelitian, Kelekatan aman ini ditandai dengan hubungan yang stabil, dekat, dan terdapat dukungan timbal balik, Sehingga anak belajar bahwa:

Inilah “pelukan” pertama yang meyakinkan anak bahwa cinta hadir dalam bentuk rasa aman, dukungan, dan penerimaan.

Dinamika Konflik Orang tua dan Dampaknya pada Cara Anak Memahami Cinta

Rantai positif yang kita bahas sebelumnya akan terputus ketika hubungan ayah-ibu memburuk dan akan meninggalkan luka emosional pada anak. Luka ini tidak hanya datang dari konflik terbuka (perdebatan, teriakan, atau kekerasan verbal), tetapi juga dari keheningan emosional (saling mengabaikan, dingin, atau menjauh secara emosi). Yu Tang dkk. (2023) memprediksi bahwa ekspresi emosional negatif dapat timbul dari hubungan ayah-ibu yang kurang baik. Akhirnya, hal ini dapat merusak kualitas kelekatan:

  1. Luka karena Gaya Otoriter (Authoritarian): Saat orang tua mendominasi, mengontrol, dan sering menggunakan hukuman (Gaya Otoriter), anak belajar bahwa cinta itu bersyarat dan harus diperoleh melalui kepatuhan total. Lebih buruk lagi, mereka belajar bahwa emosi negatif (marah, sedih) adalah hal yang salah dan harus ditekan, yang merugikan pemahaman emosi yang sehat (Wu, 2024).

  2. Luka karena Gaya Tidak Terlibat (Uninvolved): Saat orang tua dingin dan mengabaikan tuntutan emosional anak, anak mengembangkan kelekatan menghindar (avoidant) atau merasa cemas (anxious). Anak belajar bahwa cinta itu tidak bisa diandalkan atau sulit didapatkan, menciptakan perasaan kesepian dan ketidakberdayaan.

Membangun Kembali Rasa Aman: Peran Orang tua dalam Menunjukkan Model Hubungan yang Sehat

Kabar baiknya, orang tua masih dapat memperbaiki dan membangun kembali rasa aman dalam keluarga. Hal itu bisa dimulai dari cara mereka berinteraksi satu sama lain. Bukan untuk menjadi sempurna, melainkan menjaga konsistensi dan kemampuan mengelola emosi dengan baik. Menurut Yu Tang dkk (2023), orang tua disarankan untuk mengekspresikan emosi secara terkendali di dalam keluarga. Maksudnya, perbedaan pendapat adalah hal yang normal, namun proses penyelesaiannya harus tetap menunjukkan sikap saling menghargai, bukan bersikap merendahkan atau pasrah tanpa usaha.

Wu (2024) membahas model hubungan yang paling menguntungkan, yaitu Gaya Pengasuhan Otoritatif (Authoritative Parenting). Gaya ini mengajarkan cinta yang seimbang:

Ketika anak menyaksikan orang tuanya saling menghargai saat berdialog, saling memberi dukungan, dan menyelesaikan konflik dengan tenang, mereka akan tumbuh dengan Kompetensi Emosional yang baik. Anak menjadi individu yang mampu mengontrol diri, memahami perasaan orang lain, dan terutama, dapat membentuk hubungan interpersonal yang sehat di masa depan.

Setiap interaksi antara ayah dan ibu menjadi pengalaman yang diserap anak. Apakah itu sebuah “luka” yang mengajarkan tentang ketidakpastian, pengabaian, dan rasa takut, atau sebuah “pelukan” yang mengajarkan tentang keamanan, dukungan, dan penerimaan.

Jika orang tua menginginkan anak tumbuh dengan kemampuan mencintai yang sehat dan bahagia, maka perubahan harus bermula dari akarnya: kualitas relasi antara ayah dan ibu. Pada akhirnya, cara Anda memperlakukan pasangan akan membentuk cara anak memahami arti cinta yang sebenarnya.

Hari ini, mulailah dengan memilih “pelukan”. Ekspresikan emosi secara terkendali, tunjukkan dukungan satu sama lain, dan jadilah model hubungan yang ingin Anda lihat dimiliki oleh anak Anda kelak.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Ukraina Tak Akan Jadi Anggota NATO, Rusia Buka Suara
• 19 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Dulu Pernikahannya Jadi Panutan, Ini Sederet Pasangan Artis yang Percayakan Ridwan Kamil Saksi Nikah
• 10 jam lalugrid.id
thumb
Kisah Siswi SMP di Bogor Bisa Nabung Setelah Dapat MBG, Uangnya Buat Beli Sepatu
• 4 jam lalukumparan.com
thumb
Pelindo Petikemas Pakai Teknologi Terumbu Buatan APR, Dorong Wisata Karimunjawa
• 2 jam lalukumparan.com
thumb
Penanggulangan Bencana Indonesia Dinilai Sudah Matang
• 21 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.