FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai masih menghadapi ketegangan internal. Praktisi Komunikasi Politik, Irfan Asy’ari Sudirman Wahid atau akrab disapa Ipang Wahid menyoroti persoalan komunikasi publik yang kerap menempatkan pejabat negara dalam posisi serba sulit ketika isu strategis terlanjur bergulir di ruang publik tanpa konteks yang utuh.
Sorotan utama mengarah pada polemik yang menyeret Zulkifli Hasan yang saat itu menjabat menteri kehutanan periode 2009-2014 usai pertemuan dengan aktor Hollywood Harrison Ford terkait isu kerusakan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo.
Ipang Wahid, yang mengaku saat itu berada langsung di lokasi, menjelaskan pertemuan tersebut awalnya dianggap sebagai audiensi biasa, namun berubah menjadi kontroversi setelah diketahui direkam dan memunculkan pertanyaan yang bersifat teknis sekaligus politis.
“Satu kata yang mau gue bilang adalah apes,” ujar Ipang Wahid dalam podcast Total Politik dikutip dari YouTube, Selasa (16/12).
Menurut Ipang Wahid, persoalan Tesso Nilo tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang konflik lahan antara negara dan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa wilayah tersebut telah lama diklaim sebagai ruang hidup warga setempat sebelum akhirnya ditetapkan sebagai taman nasional, sehingga penegakan hukum kehutanan tidak bisa dilakukan secara sederhana tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang muncul.
Situasi itu, kata Ipang Wahid, semakin kompleks ketika polemik masuk ke ruang media sosial.
Ia menilai perubahan perilaku publik membuat konteks kebijakan sering kalah oleh potongan informasi dan emosi sesaat. Dalam kondisi seperti ini, kesalahan komunikasi kecil berpotensi berkembang menjadi krisis politik yang memengaruhi penilaian Presiden terhadap kinerja para menterinya.
Selain isu kehutanan, Ipang Wahid juga menyinggung dinamika internal Nahdlatul Ulama (NU) serta kuatnya pengaruh kepentingan ekonomi dalam pertarungan politik nasional.
Ipang Wahid menilai konflik yang muncul tidak selalu murni soal ideologi atau kepemimpinan, melainkan juga dipengaruhi oleh kepentingan sumber daya alam.
“Mungkin kondisi NU akan jauh berbeda kalau nggak ada yang namanya tambang batu bara,” tegas Ipang Wahid.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5446344/original/044631500_1765879058-MBG_Bogor.jpg)

