[FULL] Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera, Siapa Tanggung Jawab? | DIPO INVESTIGASI

KOMPAS.TV - Gelondongan kayu yang hanyut bersama arus banjir menjadi tanda hutan yang semakin gundul akibat alih fungsi lahan, sementara tanah dan sungai tak lagi mampu menahan derasnya air. Lalu, apakah bencana banjir dan longsor ini mampu menyadarkan pihak-pihak yang bertanggung jawab? 

Masuk lebih dalam ke Desa Tanjung Karang, Jurnalis KompasTV Dipo bertemu Mahmuri, warga sekaligus Kepala Sekolah Pondok Pesantren Darul Mukhlisin yang turut terdampak banjir bandang. Bersama Mahmuri, Dipo menelusuri area pesantren yang masih kokoh berdiri, namun terkepung material kayu dan lumpur. Dari mana asal material kayu yang mengepung pesantren ini?

Penelusuran berlanjut ke Desa Kota Lintang Bawah, Kecamatan Kuala Simpang, Aceh Tamiang, wilayah yang berada tepat di sisi Sungai Aceh Tamiang dan mengalami kerusakan terparah. Dipo bertemu salah satu warga yang mengaku bertahan hidup naik ke atas tumpukan kayu saat arus banjir bandang menerjang. Bagaimana ia bisa bertahan di tengah derasnya arus banjir bandang?

Dipo menelusuri kawasan hulu Aceh Tamiang dan mendatangi salah satu perkebunan sawit. Dari visual udara, tim Dipo Investigasi merekam hamparan perkebunan sawit yang luas dengan tanaman yang masih berusia muda. Dipo juga masuk ke area perkebunan dan bertemu sejumlah pekerja untuk menggali aktivitas di perkebunan sawit. Lalu seberapa masif alih fungsi hutan yang terjadi di wilayah hulu Aceh Tamiang? 

Terakhir, untuk mengetahui hasil investigasi sejumlah material kayu yang terbawa banjir bandang di wilayah Sumatera, tim Dipo Investigasi bertemu dengan Juru Bicara Satgas Penertiban Kawasan Hutan, Barita Simanjuntak di Jakarta. Apakah kayu-kayu tersebut berasal dari aktivitas ilegal di kawasan hutan? Langkah tegas apa yang akan diambil negara untuk menghentikan kerusakan hutan sebelum bencana serupa kembali terulang?

Selengkapnya saksikan dalam Program DIPO INVESTIGASI tayang setiap Senin pukul 20.30 WIB di KompasTV. 

#banjir #aceh #sumatera 

Penulis : Elisabeth-Widya-Suharini

Sumber : Kompas TV