Kamu Bisa Cek Lawan Bicara Simak Obrolan atau Tidak dari Kedipan Mata

kumparan.com
10 jam lalu
Cover Berita

Selama ini kedipan mata dikenal sebagai mekanisme alami untuk menjaga kesehatan mata. Tanpa disadari, manusia bisa berkedip beberapa kali dalam satu menit.

Namun, kebiasaan sepele ini ternyata punya kaitan erat dengan cara otak bekerja, terutama saat kita sedang berkonsentrasi. Setidaknya, itulah temuan studi terbaru di jurnal Trends in Hearing yang mengaitkan kedipan mata dengan beban kognitif.

Peneliti di Kanada menemukan manusia cenderung lebih jarang berkedip saat sedang mendengarkan orang lain berbicara, terutama ketika ada suara bising di belakangnya. Artinya, semakin berat usaha otak untuk memahami ucapan, semakin jarang pula mata kita berkedip.

"Kami ingin mengetahui apakah kedipan mata dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bagaimana hubungannya dengan fungsi eksekutif otak," ujar Pénélope Coupal, peneliti psikologi dari Concordia University, Montreal, dikutip dari ScienceAlert.

"Misalnya, apakah seseorang secara tidak sadar mengatur waktu berkedip agar tidak melewatkan informasi penting yang sedang disampaikan?"

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim peneliti melakukan dua eksperimen yang melibatkan total 49 partisipan. Para relawan diminta mendengarkan kalimat yang dibacakan dengan suara keras, sementara peneliti mencatat jumlah kedipan mata mereka.

Ada dua variabel utama yang diubah dalam eksperimen ini, yakni kondisi pencahayaan dan tingkat kebisingan latar. Keduanya dirancang untuk membuat proses mendengarkan menjadi lebih mudah atau lebih sulit.

Hasilnya, frekuensi kedipan mata pada seluruh partisipan turun secara signifikan saat kalimat dibacakan, dibandingkan sebelum dan sesudahnya. Ketika tingkat kebisingan latar dinaikkan, jumlah kedipan bahkan berkurang jauh lebih sedikit.

Menariknya, perubahan pencahayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap frekuensi berkedip. Temuan ini menunjukkan faktor utama yang memengaruhi kedipan bukanlah kelelahan visual, melainkan usaha kognitif otak dalam memahami ucapan.

Meski setiap individu memiliki rata-rata frekuensi kedipan yang berbeda, pola penurunan kedipan per menit saat mendengarkan ini terjadi secara konsisten pada seluruh peserta. Sejalan dengan studi-studi sebelumnya, hasil ini menguatkan dugaan bahwa manusia lebih jarang berkedip ketika otak bekerja lebih keras untuk memproses suara.

“Kita tidak hanya berkedip secara acak,” kata Coupal. “Faktanya, kita secara sistematis mengurangi kedipan ketika informasi penting disampaikan.”

Meski studi ini tidak secara khusus meneliti alasan biologis di balik hubungan antara berpikir dan berkedip, para peneliti punya beberapa hipotesis. Salah satunya, otak mungkin sengaja memperlambat frekuensi kedipan agar aliran informasi visual dari mata tidak terlalu sering terputus.

“Studi kami menunjukkan bahwa berkedip berkaitan dengan hilangnya informasi, baik visual maupun auditori,” ujar Mickael Deroche, peneliti psikologi sekaligus insinyur akustik dari Concordia University. “Mungkin itulah alasan mengapa kita secara refleks menahan kedipan saat informasi penting sedang masuk.”

Studi lain juga menunjukkan bahwa kedipan mata bisa berfungsi sebagai semacam jeda mental bagi otak, misalnya saat memproses kalimat tertulis atau merespons isyarat emosional. Karena itu, kedipan yang lebih jarang bisa menjadi tanda bahwa otak sedang fokus penuh.

“Bisa jadi mekanisme pengaturan serupa juga terjadi pada sistem pendengaran, dengan prinsip yang mirip seperti pada penglihatan, untuk mengoptimalkan waktu berkedip agar perhatian auditori tidak terganggu,” tulis para peneliti.

Ke depan, tim peneliti menilai pola kedipan mata berpotensi dimanfaatkan sebagai salah satu indikator untuk mengukur beban kognitif dan proses berpikir. Dengan kata lain, kedipan mata bisa membantu menunjukkan kapan otak sedang bekerja ekstra, bahkan mungkin menjadi penanda awal gangguan kognitif, seperti halnya analisis bicara dan pendengaran.

Meski demikian, para ilmuwan menegaskan bahwa dibutuhkan lebih banyak data untuk benar-benar memastikan hubungan tersebut.

“Untuk benar-benar meyakinkan, kami perlu memetakan secara rinci waktu dan pola pasti bagaimana informasi visual dan auditori ‘hilang’ saat seseorang berkedip. Itulah langkah logis berikutnya.” kata Deroche.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Eddy Soeparno Sebut Pemerintah Harus Konsisten Tindak Pembalakan Liar
• 20 jam lalugenpi.co
thumb
10 Doa Mendapatkan Keberuntungan, Baca Setiap Hari!
• 16 jam lalutheasianparent.com
thumb
Zulhas Sebut Harga Beras Dunia Turun karena Indonesia Tak Lakukan Impor
• 16 jam lalukumparan.com
thumb
Untung Sugiharto Jadi Dirut, Ini Susunan Manajemen Baru Antam (ANTM)
• 21 jam laluidxchannel.com
thumb
Triathlon Sumbang Tiga Emas, Kontingen Indonesia Kokoh di Peringkat Dua SEA Games Thailand 2025
• 11 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.