Zulhas Sebut Harga Beras Dunia Turun karena Indonesia Tak Lakukan Impor

kumparan.com
9 jam lalu
Cover Berita

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau yang biasa disapa Zulhas mengeklaim surplus pasokan beras Indonesia turut mempengaruhi harga beras dunia. Ia mengeklaim harga beras dunia turun karena Indonesia tak lagi impor beras.

Adapun Zulhas menyebut sebelumnya Indonesia merupakan pembeli beras terbesar di dunia. Maka dari itu, ketika penyetopan impor dilakukan, pengaruhnya terasa pada harga beras dunia.

“Dulu waktu saya menteri perdagangan itu harga beras USD 650 per tonnya. Sekarang karena kita tidak belanja, beras itu di bawah USD 400 (per ton). Jadi pengaruh harga dunia luar biasa. Maka Menteri Pertanian dapat penghargaan dari PBB, karena kita bisa menurunkan harga beras dunia,” ujar Zulhas dalam acara Hakordia 2025 di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat pada Selasa (16/12).

Zulhas mengatakan dalam satu tahun belakangan Indonesia sudah berhasil menyetop impor beras. Selain itu, produksi beras di tahun 2025 juga mengalami surplus hingga lebih dari 4 juta ton.

“Satu tahun ini kita sudah bisa swasembada, nanti Mentan akan umumkan akhir Desember bahwa kita sudah swasembada. Dalam satu tahun, kita tahun lalu impor beras 4,5 juta (ton), tahun ini kita surplus 4,7 juta (ton). Jadi kita akan impor lagi, di gudang Bulog (ada) 3,7 juta ton,” ujarnya.

Sebelumnya, data BPS memang menunjukkan Indonesia tidak lagi impor beras medium pada 2025. Impor beras yang dilakukan saat ini hanya mencakup beras premium atau khusus dan beras yang diperuntukkan bagi kebutuhan industri.

Adapun impor beras medium yang sempat tercatat pada bulan Januari 2025 sebesar 69,75 ribu ton merupakan sisa kuota tahun 2024.

Sementara, beras yang diimpor sebagian besar berupa broken rice atau beras pecah yang digunakan sebagai bahan baku industri. Selain itu, sebagian impor juga merupakan beras premium dan beras dengan karakteristik tertentu yang dibutuhkan hotel, restoran, dan katering atau kafe, seperti basmati dan hom mali.

BPS mencatat jenis beras yang paling banyak diimpor sepanjang Januari-Oktober 2025 adalah beras pecah bukan untuk makanan ternak (HS 10064090).

“Impor beras pecah bukan makanan ternak (HS10064090) sepanjang Januari-Oktober 2025 adalah sebanyak 286,91 ribu ton, dan impor ini turun 26,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beras jenis ini lazim digunakan oleh industri untuk pembuatan beberapa bahan makanan seperti bihun, tepung beras, bubur, dan sebagainya," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam keterangan tertulis.

Volume impor juga terlihat pada beras basmati (HS 10063050) dan beras hom mali (HS 10063040), masing-masing sebesar 3,15 ribu ton dan 600 ton. Kedua beras tersebut lazim digunakan oleh horeka dan jenis beras ini tidak diproduksi di dalam negeri.

BPS juga telah merilis angka potensi produksi beras nasional untuk periode Januari-Desember 2025 yang diperkirakan mencapai 34,79 juta ton. Produksi tersebut meningkat sekitar 4,17 juta ton atau 13,60 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.

Angka itu menunjukkan kebutuhan beras konsumsi masyarakat tetap terpenuhi dari produksi dalam negeri. Sedangkan impor dilakukan secara selektif untuk memenuhi kebutuhan industri dan segmen beras khusus.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Harga Buyback Emas Antam di Pegadaian Hari Ini 16 Desember 2025
• 14 jam lalubisnis.com
thumb
Viking Persib Apresiasi Polda Jabar Tangkap Resbob Terkait Dugaan Hina Sunda
• 9 jam laludetik.com
thumb
Ruben Amorim Ungkap Penyebab Manchester United Gagal Kalahkan Bournemouth: Bukan Salah Senne Lammens
• 13 jam lalutvonenews.com
thumb
Resmi Cerai, Raisa-Hamis Tak Perebutkan Hak Asuh Anak
• 9 jam laluharianfajar
thumb
Presiden Prabowo: Potensi Pariwisata Papua Mendunia, Harus Dijaga
• 1 jam lalutvrinews.com
Berhasil disimpan.