Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mengungkapkan, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan mekanisme stoker di wilayah Indonesia timur mampu menerapkan penggunaan biomassa hingga lebih dari 60%.
Direktur Bioenergi PLN EPI Hokkop Situngkir mengatakan, secara rata-rata keseluruhan PLTU milik PLN saat ini memiliki kemampuan untuk menggunakan biomasa sebagai bahan bakar pengganti fosil berkisar 10%-15%. Porsi untuk co-firing biomassa tersebut masih dalam batas aman untuk mayoritas PLTU.
"Ada beberapa PLTU di PLN itu sudah ada yang di atas 60% pemakaian biomassa, itu yang jenis stoker," kata Hokkop dalam Bisnis Indonesia Forum bertajuk Prospek dan Tantangan Bioenergi Nasional, Selasa (16/12/2025).
Dia menerangkan mesin-mesin PLTU memiliki sensitivitas berbeda. Untuk PLTU jenis pulverized coal (PC) hanya mampu menyerap 10% biomassa, sedangkan jenis circulating fluidized bed (CFB) mampu menyerap 30%.
Pembangkit bertenaga fosil di wilayah timur Indonesia kebanyakan menggunakan mesin stoker yang merupakan generasi terbaru sehingga tingkat penyerapan untuk energi baru bisa tinggi.
"Di sana itu, karena dia konsepnya tungku, jadi apapun jenis biomassanya itu dilahap sama dia, jadi wood chip itu walaupun agregatnya kasar itu bisa masuk walaupun sebelum masuk kita cek dulu kadar kalori value-nya berapa, moisture-nya berapa, yang sesuai dengan konsep pembakaran PLTU," jelasnya.
Baca Juga
- MEBI Sampaikan Empat Rekomendasi Percepat Pemanfaatan Biomassa Nasional
- PLN EPI Bidik Pakai 10 Juta Ton Biomassa Gantikan Listrik Fosil pada 2030
- PLN EPI Dorong Pengembangan Ekosistem Biomassa
Dalam catatan PLN, implementasi program co-firing biomassa hingga saat ini memanfaatkan 2,2 juta ton dari 14 jenis sumber yang telah diterapkan pada 49 PLTU milik PLN.
Adapun, PLTU yang mampu menyerap biomassa dengan porsi lebih dari 60% di Indonesia timur mencapai empat sampai lima unit. Menurut Hokkop, sumber batu bara yang sedikit di wilayah tersebut membuat biomassa menjadi andalan.
"Jadi ketika sumber batu bara itu sedikit, biomassanya melimpah, akhirnya dia serap. Jadi sekarang ada beberapa PLTU di sana itu sekitar empat sampai lima itu yang serap di atas 60%," jelasnya.
Kendati demikian, dia mengungkap masih terdapat tantangan dari segi potensi biomassa ketika tidak ada kepastian sumber yang berkelanjutan. Untuk itu, PLN EPI tengah berupaya mendorong 'huluisasi' atau stocking yard lewat penanaman tumbuhan.
Namun, penanaman jenis tanaman akan dilakukan sesuai dengan yang dapat digunakan oleh PLTU. Selain itu, pemanfaatan limbah yang bisa terus dimanfaatkan
"Jadi kita sedang membuat konsep fasilitas produksi yang dedicated ke beberapa PLTU, misalnya satu fasilitas produksi itu bisa menyuplai ke tiga hingga empat PLTU," tuturnya.
Nantinya, pembangunan 'huluisasi' untuk stok bahan bakar biomassa PLTU tersebut akan berdekatan dengan fasilitas produksi dan diatur distribusinya ke PLTU terdekat.
"Jadi ada beberapa konsep-konsep begitu karena memang biomassa ini masuk tengah, fasilitas produksi itu belum ada ekosistemnya, kita masih bentuk 3 tahun ini kita bentuk biar nanti rantai pasok itu bisa berjalan seperti batu bara dan gas," pungkasnya.





