Sekecil apapun suatu kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dapat berdampak pada kondisi tubuh seseorang. Sebuah studi menunjukkan kebiasaan mengonsumsi teh setiap hari ternyata berpengaruh pada kesehatan tulang pada perempuan usia lanjut.
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Flinders University, Australia tersebut telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah Nutrients pada 23 November 2025. Studi ini memantau hampir 10.000 perempuan berusia di atas 65 tahun selama periode 10 tahun.
Adjunct Associate Professor dari College of Medicine and Public Health, Flinders University, Enwu Liu yang juga peneliti dalam studi tersebut menuturkan, perempuan yang rutin mengonsumsi teh memiliki kepadatan tulang pada bagian pinggul yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak rutin mengonsumsi teh. Meski tingkat kepadatannya tidak jauh berbeda, hal ini bisa menjadi pertimbangan untuk intervensi kesehatan pada populasi masyarakat yang lebih luas.
“Peningkatan yang kecil sekalipun terkait kepadatan tulang punya dampak yang berarti pada berkurangnya risiko patah tulang di kalangan masyarakat luas,” katanya dikutip dari Science Daily, dikutip Rabu (17/12/2025).
Selain pemantauan pada hubungan konsumsi teh dengan kesehatan tulang, peneliti juga mengamati pada pola konsumsi kopi. Berbeda dengan teh, konsumsi kopi justru punya dampak yang negatif. Konsumsi kopi dalam jumlah banyak yang lebih dari lima cangkir per hari berkaitan dengan penurunan kepadatan tulang.
Hal ini menandakan adanya potensi risiko bagi kesehatan tulang. Peneliti juga menemukan bahwa perempuan dengan riwayat konsumsi alkohol tinggi lebih rentan terhadap efek negatif kopi pada kekuatan tulang.
Manfaat teh terhadap kesehatan tulang berkaitan dengan kandungan katekin.
Salah satu penulis lain dari studi tersebut, Ryan Liu menjelaskan, manfaat teh terhadap kesehatan tulang berkaitan dengan kandungan katekin pada teh. Senyawa tersebut dapat mendorong pembentukan tulang serta membantu memperlambat pengeroposan tulang.
“Sebaliknya, kandungan kafein pada kopi, dari hasil penelitian laboratorium, terbukti mengganggu penyerapan kalsium dan metabolisme tulang. Meski efeknya kecil dan dapat dikurangi dengan menambahkan konsumsi susu,” tuturnya.
Enwu menyampaikan, temuan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran yang sederhana bagi perempuan, khususnya perempuan usia lanjut untuk menjaga kesehatan tulang dari kebiasaan sehari-hari. Perempuan lebih rentan terhadap osteoporosis yang diperkirakan memengaruhi satu dari tiga perempuan di atas usia 50 tahun di seluruh dunia.
“Minum teh setiap hari bisa menjadi cara mudah untuk mendukung kesehatan tulang seiring dengan bertambahnya usia,” tuturnya.
Serial Artikel
Teh Hitam Kurangi Risiko Penyakit Kardiovaskular
Orang yang minum teh diyakini memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskular dibanding orang yang tidak minum teh hitam. Ini berkaitan dengan kandungan flavonoid pada teh hitam.
Meski begitu, ia menyampaikan, penelitian ini bukan berarti mengajak masyarakat untuk berhenti mengonsumsi kopi dan mulai lebih banyak minum teh. Namun, hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan yang sederhana ternyata dapat berdampak pada kondisi kesehatan tubuh.
“Meski kalsium dan vitamin D tetap menjadi pondasi utama untuk mendukung kesehatan tulang. Apa yang diminum setiap hari ternyata juga punya peran untuk itu. Bagi perempuan usia lanjut, mengonsumsi secangkir teh setiap hari tidak hanya memberikan ketenangan tetapi juga mendukung tulang yang lebih kuat,” ujar Enwu.
Pada studi lain yang terbit pada The American Journal of Clinical Nutrition pada Mei 2025, konsumsi teh, khususnya teh hitam dapat membantu kesehatan selama masa penuaan. Kandungan flavonoid pada teh hitam dapat menurunkan risiko utama penuaan, seperti kelemahan fisik, gangguan fungsi tubuh, serta kesehatan mental yang buruk.
Studi yang dilakukan para peneliti dari Edith Cowan University, University Belfast, dan Harvard TH Chan School of Public Health tersebut juga menemukan manfaat yang sama pada konsumsi beri, anggur merah, buah jeruk, dan apel. Dengan mengonsumsi makanan-makanan tersebut, seseorang diharapkan bisa melewati kondisi penuaan dengan lebih baik.
“Tujuan penelitian ini bukan hanya untuk membantu orang hidup lebih lama, tetapi juga untuk memastikan mereka tetap sehat selama mungkin,” ujar dosen tidak tetap (adjucnt) di Edith Cowan University, Nicola Bondonno.
Pada penelitian sebelumnya, orang yang banyak mengosumsi makanan dengan kandungan flavonoid cenderung memiliki usia yang lebih panjang. Mereka juga cenderung punya risiko yang lebih kecil mengalami penyakit kronis, seperti demensia, diabetes, dan penyakit jantung.
Profesor dari Queens University Belfast yang juga penulis senior pada studi tersebut, Aedin Cassidy mengatakan, flavonoid telah dikenal bermanfaat untuk mengurangi dampak stres oksidatif dan peradangan. Senyawa tersebut juga dapat mendukung kesehatan pembuluh darah serta membantu menjaga massa otot rangka tubuh.
“Semua itu penting dan berkaitan untuk mencegah risiko kelemahan tubuh serta menjaga fungsi fisik dan mencegah kesehatan mental yang muncul seiring bertambahnya usia,” katanya.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5342899/original/044276900_1757402997-marc.jpg)

