EV Mulai Banyak, Siap-Siap Isu Limbah Baterai!

medcom.id
6 jam lalu
Cover Berita
Jakarta: Tren penggunaan kendaraan listrik di Indonesia dalam dua tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Peningkatan penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menjadi sinyal positif bagi transisi menuju mobilitas yang lebih ramah lingkungan.
 
Namun, di balik pertumbuhan tersebut, muncul tantangan baru yang perlu diantisipasi sejak dini, yakni potensi limbah baterai EV di masa depan.
 
Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menilai peningkatan populasi kendaraan listrik harus diiringi dengan kesiapan pengelolaan limbah baterai, termasuk baterai berbasis lithium iron phosphate (LFP) yang memiliki nilai daur ulang relatif rendah.

“Pertumbuhan pengguna EV di Indonesia perlu diimbangi dengan persiapan menghadapi potensi limbah baterai, termasuk jenis LFP yangg nilai recycle-nya relatif rendah agar tidak menimbulkan dampak lingkungan di masa depan,” kata Yannes dikutip dari ANTARA. Baca Juga:
Mobil dengan Captain Seats, Jadi Kebutuhan Konsumen di Indonesia?
Ia menegaskan isu limbah baterai perlu dibahas secara komprehensif oleh seluruh pemangku kepentingan, baik produsen kendaraan listrik maupun pemerintah sebagai regulator. Menurutnya, perencanaan yang matang dibutuhkan agar lonjakan penggunaan EV tidak berujung pada persoalan lingkungan di kemudian hari.
 
Salah satu pendekatan strategis yang mulai banyak dikaji adalah penerapan konsep ekonomi sirkular pada sektor baterai kendaraan listrik. Dalam skema ini, baterai bekas tidak langsung dikategorikan sebagai limbah, melainkan dimanfaatkan kembali untuk fungsi lain yang masih memiliki nilai guna.
 
Implementasi paling nyata dari pendekatan tersebut adalah program second life battery, yaitu mengonversi baterai bekas EV menjadi battery energy storage system (BESS).
 
Sistem penyimpanan energi ini berpotensi digunakan untuk mendukung stabilitas jaringan listrik nasional, mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, serta menyimpan kelebihan energi dari pembangkit listrik tenaga surya. Baca Juga:
Pindad Siapkan Lahan Pabrik Mobil di Subang
“Agar efektif, tentunya diperlukan kolaborasi kuat antara pemerintah, produsen, dan pemangku kepentingan global, melalui regulasi EPR (Extended Producer Responsibility) serta insentif investasi daur ulang,” ujar dia.
 
Selain berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan, pendekatan ini juga membuka peluang investasi di sektor daur ulang dan pengolahan material kritis dari baterai bekas kendaraan listrik, seperti nikel, kobalt, dan lithium.
 
Dengan pengelolaan yang tepat, baterai bekas EV tidak lagi dipandang semata sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), melainkan dapat menjadi aset strategis dalam mendukung ketahanan energi nasional serta penguatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Ini Perbedaan Skincare Kandungan Water Based dengan yang Berbasis Minyak
• 5 jam laluparagram.id
thumb
Prakiraan Cuaca Hari Ini 17 Desember, Hujan Mengguyur Mayoritas Wilayah RI
• 9 jam lalujpnn.com
thumb
Sejarah Bukan Hapalan: Pentingnya Pendekatan Kritis dalam Pembelajaran Sejarah
• 20 jam lalukumparan.com
thumb
Penyakit Mengintai Korban Banjir: Puskesmas Butuh Air Bersih, ini Respons BNPB dan Ahli Kesehatan
• 12 jam lalukompas.tv
thumb
Emilia Nova Rebut Medali Emas Hepthathlon SEA Games 2025 dan Pecahkan Rekor Nasional
• 11 jam lalumediaindonesia.com
Berhasil disimpan.