FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo memuji Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Dia menyebut Purbaya diberi penugasan untuk menyelesaikan persoalan di Kemenkeu.
Itu diungkapkan Hashim saat menghadiri kegiatan di Universitas Indonesia. Berlangsung pada Jumat, 12 Desember 2025.
Mulanya, Hashim membandingkan penerimaan negara di Indonesia dengan Kamboja.
“Penerimaan negara termasuk pajak, cukai, BNBP, royalti, emas, tembaga, batu bara, juga bea masuk dan sebagainya, Kamboja 9 persen, Indonesia 12 persen,” kata Hashim dikutip dari YouTube Universitas Indonesia, Rabu (17/12/2025).
Tapi angka itu, kata dia, satu dekade lalu. Serkarang angkanya berubah.
“Itu 11 tahun lalu, sepuluh tahun lalu. Sekarang, Kamboja 18 persen, Indonesia dimana? Tetap 12 persen,” ujarnya.
Artinya, dia mengatakan tidak ada kenaikan di Indonesia. Padahal, kenaikan enam persen di Kamboja sangat penting.
“Berarti apa? Berarti tidak ada kenaikan. Nah itu bedanya apa, 6 persen kelihatan kecil, tapi enam persen dari suatu ekonomi. PDB nya di atas RP25 ribu triliun. Enam persen itu Rp1.500 triliun. Defisit APBN kita Rp300 triliunan,” jelasnya.
“Berarti kalau memang aparat pajak, bea cukai, aparat semuanya itu bekerja dengan benar, Indonesia bukan negara defisit, Indonesia negara surplus,” tambahnya.
Padahal, menurutnya, Indonesia negara kaya. Sisa apartnya saja yang dibenahi.
“Indonesia negara kaya. Kita beri bantuan luar negeri kepada negara miskin lainnya. Indonesia super power, tinggal apa? Tinggal kita benahi kita aparat kita,” ucapnya.
Karena itu juga, kata Hashim, Purbaya ditunjuk sebagai Menkeu. Tujuannya agar bisa membenahi persoalan tersebut.
“Maka ada orang yang luar biasa baguslah, namanya Purbaya, ditugaskan dan akan segera laksanakan. Enam persen Kecil kelihatannya, tapi besar maknanya. Enam persen Rp35 ribu triliun, itu Rp1.500 triliun. Kita harusnya dapat tiap tahun,” pungkasnya.
(Arya/Fajar)





