jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan Apresiasi Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) Tahun 2025 di Plaza Insan Berprestasi, Jakarta, baru-baru ini.
Ajang itu dihadirkan sebagai bentuk penghargaan kepada seluruh pemangku kepentingan yang melestarikan budaya.
BACA JUGA: Fadli Zon Ziarahi Makam Syekh Yusuf, Kemenbud Bakal Bangun Rumah Budaya di Cape Town
Puncak acara itu ditandai dengan penetapan 514 unsur Warisan Budaya Takbenda baru dari 804 usulan yang masuk.
Dengan penambahan angka tersebut, total WBTb yang telah ditetapkan sejak 2013 hingga 2025 mencapai angka 2.727 warisan.
BACA JUGA: Garin Nugroho Raih Penghargaan di Lugano, Kemenbud Sampaikan Apresiasi
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan apresiasinya atas capaian tersebut seusai acara berlangsung.
Dia menegaskan penambahan jumlah penetapan ini sebagai langkah positif dalam pencatatan aset nasional.
BACA JUGA: Kemenbud Luncurkan 10 Jilid Buku Baru, Mulai Java Man hingga Era Reformasi
“Tahun ini kami menetapkan ada 514 Warisan Budaya Takbenda Indonesia (Intangible Cultural Heritage of Indonesia). Sehingga menambah jumlah dari total Warisan Budaya Indonesia yang telah ditetapkan, dari yang tadinya 2.213 sekarang menjadi 2.727,” ujar Fadli Zon.
Fadli berharap jumlah penetapan tersebut akan terus meningkat secara signifikan di masa mendatang mengingat besarnya potensi budaya nusantara.
“Kami berharap tahun depan semakin banyak lagi Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang ditetapkan. Ya, kalau bisa lebih dari 1.000, 2.000, karena potensinya ini puluhan ribu,” katanya menambahkan.
Mengusung tema Membingkai Warisan, Menghidupkan Masa Depan, acara ini sejalan dengan visi pemerintah agar warisan budaya tidak hanya berhenti pada sertifikat, tetapi membentuk ekosistem yang hidup.
“Tetapi WBTb (Warisan Budaya Takbenda) ini bisa menjadi bagian untuk menuju ekosistem dari masing-masing warisan budaya takbenda itu. Misalnya seni pertunjukan, seni tari, kuliner, tradisi, adat istiadat, permainan tradisional, manuskrip, ritus, atau bahasa dan yang lain-lain itu bisa menjadi ekosistem,” tuturnya.
Fadli menekankan pelestarian budaya tersebut harus memberikan dampak nyata pada sektor ekonomi, khususnya bagi UMKM, dan pariwisata di daerah asal budaya tersebut.
“Kalau itu merupakan ekspresi budaya seni pertunjukan seperti yang tadi kita lihat tari-tarian yang hebat-hebat, itu juga bisa menarik juga pariwisata,” ucapnya.
Terkait kriteria penetapan WBTb, Fadli menjelaskan tidak semua usulan otomatis lolos.
Ada syarat spesifik yang harus dipenuhi, termasuk keberadaan komunitas dan nilai sejarahnya.
“Iya, pertama pasti satu tradisi yang sudah panjang. Ada komunitasnya, ada lokasinya, ada lokusnya, ada pegiat-pegiat budayanya. Tentu ada nilai-nilai budaya yang ada di belakang ekspresi budaya tersebut,” terangnya.
Pemerintah memastikan proses pengarsipan berjalan baik melalui Data Pokok Kebudayaan (Dapobud) serta rencana publikasi melalui berbagai media.
Di samping itu, pemerintah juga fokus pada langkah safeguarding atau perlindungan mendesak bagi warisan budaya yang terancam punah, seperti bahasa daerah yang penuturnya semakin sedikit.
“Jadi, kita akan utamakan kalau misalnya ada ekspresi-ekspresi budaya yang langka, yang semakin hilang. Itu contoh yang paling mudah lah ya bahasa, karena itu menyangkut penutur. Atau tari-tarian yang hilang,” imbuh Fadli. (mcr31/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Tolak Pelabelan Sejarah Resmi dalam Proyek Buku Kemenbud
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah
