BEKASI, KOMPAS.com – Gunungan sampah di TPST Bantargebang, Bekasi, bukan hanya persoalan tempat pembuangan akhir yang kelebihan kapasitas.
Bantargebang dianggap jadi cermin kegagalan Jakarta mengelola sampah dari hulu ke hilir, dengan kebijakan tambal sulam, sementara jutaan ton sampah terus menumpuk setiap hari.
“Bantargebang itu bukan masalah hilir saja. Ia cermin kegagalan sistem pengelolaan sampah Jakarta secara keseluruhan, terutama karena inflow sampah tak pernah seimbang dengan kapasitas pemrosesannya,” ujar pengamat lingkungan Mahawan Karuniasa, Jumat (12/12/2025).
Sampah masuk tiap hari, kapasitas tak mengejarSetiap hari, sekitar 7.000–7.500 ton sampah Jakarta dikirim ke Bantargebang.
Baca juga: BRIN: PLTSa hingga RDF Belum Ampuh Kurangi Beban Sampah di Bantargebang
Dari luas sekitar 110 hektare, fasilitas ini menampung sekitar 55 juta ton sampah dengan timbunan rata-rata 40–60 meter.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=Bantargebang, pengelolaan sampah, sampah jakarta, krisis lingkungan, Tata Kelola Sampah&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xNy8xNjM5NTY2MS9iYW50YXJnZWJhbmctbW9udW1lbi1rcmlzaXMtZGFuLWNlcm1pbi1nYWdhbG55YS10YXRhLWtlbG9sYS1zYW1wYWg=&q=Bantargebang: Monumen Krisis dan Cermin Gagalnya Tata Kelola Sampah Jakarta§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `“Usia pakai Bantargebang sangat tergantung pada kemampuan Jakarta mengurangi sampah dari hulunya,” kata Mahawan.
Tanpa perubahan, sisa kapasitas diperkirakan hanya mampu bertahan enam–sepuluh tahun.
Pemprov DKI kerap menyebut RDF Plant, PLTSa, dan fasilitas pengolahan lain sebagai bukti keseriusan.
Namun, Mahawan menilai kapasitasnya belum memadai.
RDF Plant hanya memproses sekitar 100–150 ton per hari, kurang dari 5 persen sampah harian Jakarta, sementara PLTSa masih berskala pilot project.
“Teknologinya ada, tapi skalanya terlalu kecil. Kebijakan terlihat aktif, tapi dampaknya sangat terbatas,” ujar Mahawan.
Bau, gas metana, dan tekanan lingkunganTimbunan sampah organik menghasilkan gas metana, gas rumah kaca kuat yang berpotensi memicu kebakaran.
Baca juga: Truk Antre Belasan Jam di Bantargebang, DPRD Minta Sopir Difasilitasi Tempat Istirahat
Bau menyengat, lalat, dan risiko pencemaran air serta udara menjadi bagian hidup warga sekitar.
“Gas metana, lindi, dan kualitas udara itu persoalan serius. Tanpa peningkatan pemrosesan, risiko lingkungan akan terus menumpuk,” kata Mahawan.
Kegagalan sistem tercermin pada perlindungan pekerja informal. Pemulung, bagian penting sistem pengurangan sampah, belum diakui sepenuhnya.





