Ada pemandangan berbeda di SDN Ketabang 1 Surabaya pada hari Rabu (17/12). Di halaman sekolah dan ruang-ruang kelas tampak bapak-bapak tampak celingukan mencari ruang kelas anaknya. Maklum, sesuai imbauan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, para bapak diminta untuk hadir dalam pengambilan rapor akhir semester satu.
Dibanding ibu, para bapak atau ayah ini memang terlihat jarang tampil saat pengambilan rapor. Karena itu, Dinas Pendidikan Kota Surabaya ingin para ayah mulai terlibat pengasuhan anak di segala lini kehidupan. Termasuk ambil hasil belajar.
“Hari ini jadwal saya bekerja sore hari, jadi pagi ini saya sudah persiapkan untuk mengambil rapor anak saya. Kebetulan koordinasi di kantor cukup koperatif, jika ada keperluan keluarga yang mendesak dan itu penting dapat bertukar waktu dengan rekan yang lainnnya. Ya, saya ingin memberikan pendampingan maksimal kepada anak disela-sela pekerjaan, ada waktu luang pasti saya usahakan,” ujar Yudi Irwanto yang bekerja sebagai operator crane di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Alea Azzhara, siswi kelas 2 SDN Ketabang 1 bergembira saat diantar ayahnya mengambil rapor disekolah. "Aku senang ditemani papa ambil rapor hari ini. Papa pekerja kantoran terkadang waktunya tidak banyak saat jam sekolah. Habis ini papa langsung berangkat kerja lagi," ujarnya usai mengambil rapor.
Meskipun imbauan Pemerintah diperuntukan untuk ayah, sejumlah siswa dan siswi tetap hadir didampingi oleh ibunya dikarenakan sang ayah sedang berada di luar kota. Perihal ini dirasakan oleh Ayik Nuryawati sebagai ibu rumah tangga walimurid dari Fathansyah saat mengambil rapor putranya.
“Yang dibutuhkan keluarga tidak hanya nafkah, tetapi pendidikan dan pengembangan karakter anak ini juga perlu sosok seorang ayah. Kami selalu membagi tugas untuk keperluan anak-anak dan ayahnya juga selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi selepas pulang kerja, meskipun dalam kondisi yang lelah,” ujarnya.
Selain itu, Ayik juga berpendapat bahwa kegiatan ini sangat efektif jika berjalan dengan baik dan melibatkan sosok ayah dikegiatan sekolahan. ”Kalau ayah yang mengambil rapor akan tahu secara langsung nilainya dari walikelas, jadi ibunya tidak perlu laporan dirumah, dikhawatirkan pembahasannya bisa kemana-mana,”imbuhnya.
Kepala Sekolah SDN Ketabang 1 Surabaya, Sutiana menjelaskan peran ayah dalam pengawasan terhadap anaknya relatif terbatas, khususnya dalam pendidikan. Kesibukan pekerjaan menjadi faktor berkurangnya interaksi ayah dan putranya disekolah, semuanya diserahkan ibunya.
“Ada ayah yang sangat aktif menyanyakan perkembangan pendidikan melebihi ibunya, kami mengapresiasi itu. Baginya, pendekatan dalam menyampaikan sesuatu hal kepada anak tersebut akan berbeda sudut pandangnya antara ayah dan ibu, itu menjadi landasan kuat dalam pembetukan karakter anak,”ujarnya.
Bu Ana, sapaan akrabnya juga berencana membuat program khusus antara ayah dan anak dalam lingkungan sekolah, seperti kegiatan luar sekolah, olahraga dan materi parenting khusus ayah.”Peran ayah untuk anak di sekolah ini masih dirasa sulit, apalagi untuk ayah yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Untuk itu, kami juga berharap ayah dapat mengelola emosi dan stress agar dapat jadi contoh yang baik bagi anak,”imbuhnya.
Disisi lain, penguatan komunikasi yang baik juga menjadi landasan anak dalam berperilaku yang baik meskipun peran kedua orang tuanya belum sepenuhnya maksimal. Mita Ningrum Setiasih, salah seorang walimurid juga menyampaikan pentingnya komunikasi yang dibangun kepada anak dalam situasi apapun.
“Sambil rebahan dikamar anak sebelum tidur, saya bersama suami selalu menanyakan hal-hal apa yang seharian terjadi disekolah, kami dengarkan dan berikan solusi atas curhatannya itu. Kami orang tua yang bekerja, jadi tidak ingin melewatkan cerita-cerita unik kesehariannya disekolah,”ujar Mita yang berprofesi sebagai Arsitek dan suaminya anggota TNI AL yang kerap mendapatkan tugas diluar kota.
Fatherless di Indonesia mencapai angka 25,8 % yang menandakan akan muncul dampak-dampak masalah akademik, perilaku agresif hingga keterlibatan perilaku beresiko. Oleh karena itu, kegiatan Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak (GEMAR) menjadi salah satu pondasi untuk melibatkan ayah dalam pengawasan dan pendidikan anak disekolah. (Dipta Wahyu)




