Pemandangan di lintasan KRL Jabodetabek semakin berwarna. Penumpang kini disuguhi tiga karakter rangkaian berbeda, mulai dari KRL lama seri 205 buatan Jepang, CLI-125 buatan China, hingga CLI-225 buatan lokal yang baru beroperasi mulai Selasa (16/12/2025).
Pada Rabu siang (17/12/2025) pukul 13.15 WIB, sebuah rangkaian kereta baru meluncur perlahan memasuki peron Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Bukan "wajah lama" yang biasa dilihat, melainkan kereta anyar dengan desain futuristik menyerupai gelombang. Inilah CLI-225, KRL produksi PT INKA yang baru saja memulai debut operasionalnya.
Berbeda dengan pendahulunya, CLI-225 mengusung tema desain “Gelombang Ombak”. Kereta buatan dalam negeri itu memiliki warna dasar perak, dibalut pola garis merah dan hitam yang melengkung dinamis di sepanjang bodi kereta.
Secara visual, eksterior kereta itu dirancang presisi. Setiap gerbong memiliki 16 jendela kaca serta 8 pintu otomatis di kanan dan kiri. Aksen merah terang pada pintu memberikan kontras tajam dengan area jendela yang didominasi warna hitam.
Imelda (30), warga Jakarta Selatan yang tengah menunggu kereta, mengaku langsung sadar ada yang berbeda saat kereta ini melintas.
”Biasanya kan tampilannya kaku ya, warna perak dengan garis lurus merah dan putih saja. Kalau yang ini lebih eye-catching. Warna merah di pintunya itu bikin segar mata,” katanya di Stasiun Manggarai.
Melangkah masuk ke bagian dalam kereta, kesan modern langsung menyapa. KRL dengan kapasitas angkut 283 orang per kereta ini menyuguhkan permainan warna interior yang segar. Kursi prioritas kini tampil dengan warna biru tua, sedangkan kursi reguler berwarna merah menyala.
Kenyamanan penumpang juga menjadi prioritas. Dalam satu rangkaian (trainset) yang terdiri dari 12 kereta, masing-masing gerbong dilengkapi dua unit pendingin ruangan (AC). Tersedia pula ruang khusus bagi pengguna kursi roda serta area bagasi yang lega.
Kesan "cerdas" juga langsung terasa saat melihat ke atas pintu otomatis. Penumpang kini dipandu oleh papan informasi digital yang menyajikan rute dan posisi kereta secara real-time.
CLI‑225 dibekali teknologi canggih. Kereta ini didukung oleh sistem traksi terbaru Variable Voltage Variable Frequency (VVVF) dan Train Monitoring System (TMS) yang terpusat di dua ruang kemudi masinis.
Aspek keselamatan pun tak luput dari perhatian. Selain kamera pengawas (CCTV) yang memantau kabin dari langit-langit, kereta ini dilengkapi beragam perangkat keselamatan standar tinggi, seperti Emergency Intercom untuk komunikasi dengan petugas dan Safety Hammer untuk memecahkan kaca saat darurat.
Ada juga Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) yang mudah dijangkau serta pintu darurat dan tangga darurat sebagai jalur evakuasi cepat bagi penumpang.
Imelda tak menyangka kereta yang baru dinaikinya itu produksi lokal. Ia awalnya mengira CLI‑225 adalah salah satu seri impor dari China atau Jepang. ”Jujur, kirain ini seri lain yang diimpor dari China atau Jepang, karena di dalamnya lebih canggih dan lengkap,” ujarnya di dalam kereta saat menempuh perjalanan ke Stasiun Pasar Minggu.
Ia pun memuji pintu kereta yang presisi dengan peron, interior yang bersih, serta fasilitas ramah pengguna seperti ruang kursi roda dan bagasi. ”Tapi tolong, AC-nya tetap sedingin ini,” tuturnya. Sebab, bagi penumpang rute padat seperti Jakarta Kota-Bogor, pendingin ruangan menjadi “penyelamat” di tengah kejamnya jam sibuk.
Rizal (28), penumpang lain, yang setiap hari transit di Stasiun Manggarai, juga mengaku senang melihat hadirnya CLI‑225. Namun, ia berharap produksi massal kereta ini bisa dipercepat. ”Kita butuh armada banyak supaya headway (waktu tunggu) makin singkat,” ujarnya.
Selain itu, fitur-fitur modern, seperti papan informasi digital dan CCTV, diharapkan tetap terawat dan tidak dibiarkan mati suri setelah beberapa bulan beroperasi.
Tahun 2025 mejadi momen lahirnya KRL baru yang kian modern. Sebelum CLI-225 buatan INKA mengaspal, warga Jabodetabek lebih dulu disapa oleh kereta seri CLI-125. Sebanyak 11 rangkaian KRL impor dari China Railway Rolling Stock Corporation Sifang Co (CRRC Sifang) ini telah wara-wiri melayani rute Bogor dan Cikarang sejak Juni 2025.
Secara fisik, kereta berkapasitas 289 penumpang ini tampil garang namun elegan. Mengusung tema desain “Growing”, eksteriornya menampilkan garis lengkung merah-putih yang menanjak di bagian tengah kereta sebagai simbol pertumbuhan, berpadu dengan garis hitam lurus yang menambah kesan modern.
Bagian depan kereta ikonik dengan kaca lebar dan lampu utama menyipit tajam menyerupai mata elang. Sementara itu, pintunya dirancang presisi agar sejajar dengan peron saat dibuka.
Rangkaian kereta itu terdiri dari 12 gerbong yang membentang rapi saat berhenti di peron. Kursi prioritas berwarna abu dan tersebar tidak hanya di pojok gerbong, sementara kursi reguler berwarna merah dengan motif ondel-ondel dan tanjidor khas Betawi.
Setiap kereta memiliki panjang 20 meter dan lebar 3 meter, lebih luas dibandingkan seri sebelumnya yang hanya 2,9 meter. Pintu antargerbong yang lebih lebar juga memudahkan pergerakan penumpang, terutama pada jam sibuk.
KRL seri ini dilengkapi teknologi Train Control Monitoring System (TCMS) untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan operasional, serta Anti Trap Door System untuk mencegah potensi penumpang terjepit pintu otomatis.
Sementara itu, di tengah gempuran teknologi baru, KRL seri 205 masih berdiri tegak sebagai tulang punggung operasional. Didatangkan dalam kondisi bekas dari East Japan Railway Company (JR East) pada 2013, seri ini dikenal dengan bodi stainless steel kotak yang kaku namun sangat tangguh.
Dengan lebar bodi sekitar 2,9 meter, seri 205 memiliki identitas visual dominan perak dengan strip merah-putih. Di dalamnya, terdapat kursi prioritas berwarna merah di ujung gerbong dan peta rute yang masih berupa stiker statis.
Rangkaian ini dapat ditemui dalam berbagai formasi, mulai dari 6, 8, 10, hingga 12 gerbong per rangkaian kereta. Meski tak secanggih adik-adik barunya, keandalan seri 205 telah teruji belasan tahun membelah hujan dan panas Jakarta.
Di tengah regenerasi armada modern, tahun 2025 juga menjadi tahun perpisahan bagi sejumlah seri ikonik yang telah berjasa mengantar jutaan penumpang.
Salah satunya adalah Seri 8500, yang populer dengan julukan “JALITA” (Jalan-Jalan Lintas Jakarta). KAI Commuter sebelumnya mengoperasikan 400 unit kereta ini sejak 2006, namun kini telah resmi berhenti beroperasi pada November 2025.
Seri 203 yang terdiri dari 170 unit kereta juga telah resmi berhenti sejak September 2025. Kereta ini berasal dari Japan Railways (JR) East dan mulai dioperasikan di Indonesia sejak 2011.
Sementara itu, Seri 7000 (Tokyo Metro) resmi berhenti beroperasi di Jabodetabek pada 11 November 2025, setelah melayani penumpang selama sekitar 15 tahun sejak kedatangannya di Indonesia pada 2010.
Terkait dua rangkaian KRL baru produksi PT INKA (Persero), KAI Commuter memastikan keduanya telah memperoleh “lampu hijau” berupa sertifikasi kelayakan dan keselamatan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
Direktur Utama KAI Commuter Mochamad Purnomosidi mengatakan, keselamatan adalah prioritas mutlak. Sebelum menyentuh rel reguler, KRL ini telah lolos serangkaian uji coba dinamis yang ketat sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 49 Tahun 2023.
Pada tahap awal, dua rangkaian KRL baru ini digunakan untuk melayani rute Depok/Bogor–Manggarai–Jakarta Kota. Kedua kereta tersebut beroperasi bolak-balik sepanjang hari pada rute yang sama (mengisi jadwal operasional Loop 20 dan Loop 22), dengan total delapan perjalanan setiap harinya.
”Total sebanyak delapan perjalanan per hari dilayani menggunakan sarana KRL CLI-225 di lintas tersebut,” ujar Purnomosidi dalam keterangan tertulis.
Kehadiran CLI-225 bukan sekadar tambahan, melainkan sebuah regenerasi. Armada ini disiapkan untuk menggantikan rangkaian-rangkaian kereta tua yang kini harus pensiun atau masuk masa konservasi.
Dengan masuknya armada baru itu, KAI Commuter kini mengoperasikan 100 rangkaian KRL utuh yang terdiri dari total 1.064 gerbong kereta. Armada itu digunakan untuk melayani 1.063 perjalanan KRL setiap hari di seluruh lintas Jabodetabek.
Adapun kode "CLI-225" yang tertera pada bodi kereta memiliki arti khusus. CLI adalah singkatan dari Commuter Line Indonesia.
Kemudian, angka 2 menandakan bahwa kereta ini merupakan generasi kedua, menyusul saudaranya seri CLI-125 (generasi pertama). Sementara itu, angka 25 merujuk pada tahun pabrikasi, yakni 2025.
Total sebanyak delapan perjalanan per hari dilayani menggunakan sarana KRL CLI-225 di lintas tersebut
Di balik desain modern dan operasional KRL baru ini, terdapat peran para insinyur lokal PT INKA (Persero). General Manager Sekretaris Perusahaan PT INKA Bambang Sutrisno menyampaikan kebanggaannya atas kolaborasi strategis antara INKA dan KAI Commuter dalam menghadirkan sarana transportasi publik produksi dalam negeri.
Bambang mengatakan, seluruh proses produksi KRL itu dilakukan di Indonesia. Tahapan rancang bangun dikerjakan oleh insinyur putra-putri bangsa dengan memanfaatkan fasilitas produksi INKA di Madiun dan Banyuwangi.
”Mulai dari perancangan hingga pengujian, semuanya dilakukan di dalam negeri dengan standar ketat. Ini bukti bahwa kita mampu menghadirkan kualitas dan performa yang selaras dengan kebutuhan mobilitas masyarakat urban,” ujar Bambang.
Sinergi antara INKA dan KAI Commuter diharapkan terus berlanjut seiring meningkatnya mobilitas masyarakat urban. Hal ini juga menjadi fondasi bagi keberlanjutan layanan transportasi publik di masa mendatang.
DJKA Kemenhub juga memastikan setiap sarana perkeretaapian di Indonesia, termasuk KRL baru produksi PT INKA, memenuhi standar keselamatan dan kelaikan operasional.
”Kami berkomitmen penuh untuk memastikan setiap sarana perkeretaapian yang beroperasi aman, nyaman, dan layak digunakan masyarakat,” ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Allan Tandiono.
Menurut Allan, penambahan armada ini adalah langkah strategis untuk menjawab kebutuhan kapasitas Commuter Line Jabodetabek yang terus melonjak. Ia menyebut, meskipun berstatus produk lokal, KRL buatan INKA tetap diperlakukan sama ketatnya dengan kereta impor dalam proses sertifikasi.
”Yang membanggakan, sarana KRL yang dioperasikan saat ini adalah produk dalam negeri karya PT INKA. Ini menunjukkan bahwa industri perkeretaapian nasional sudah mampu memproduksi KRL dengan standar keselamatan dan kelaikan internasional,” katanya.
Sebelum resmi melayani penumpang, dua rangkaian KRL seri CLI-225 ini telah melalui serangkaian pengujian menyeluruh, mulai dari uji statis hingga uji dinamis dengan jarak tempuh lebih dari 4.000 kilometer.
Pada tahap awal operasiona kereta ini, tim teknis dari PT INKA turut mendampingi di dalam rangkaian untuk memastikan layanan berjalan mulus tanpa kendala.
Vice President (VC) Corporate Secretary KAI Commuter Karina Amanda menambahkan, pengoperasian KRL baru ini diharapkan meningkatkan kenyamanan dan layanan bagi para pengguna. Ia juga mengimbau penumpang untuk menjaga fasilitas di dalam kereta dan tidak melakukan vandalisme.
”KAI Commuter menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah, PT KAI, dan seluruh stakeholder yang telah mendukung proses pengadaan sarana KRL baru ini,” tuturnya.
Secara total, KAI Commuter memesan 27 trainset KRL baru, terdiri dari 16 trainset buatan PT INKA dan 11 trainset dari China. Proses pengadaan kereta dilakukan secara bertahap.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5384984/original/028544700_1760861336-InShot_20251019_150557495.jpg)


