Baru 71 Persen Lunas, Kemenhaj Sulsel Kejar Pelunasan BPIH 2026

fajar.co.id
2 jam lalu
Cover Berita

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2026 di Sulsel masih tergolong lambat.

Meski begitu, Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) Sulsel tetap optimistis kuota jemaah haji tahun depan dapat terpenuhi, bahkan berpotensi bertambah.

Ketua Tim Bina Haji Kemenhaj Sulsel, Asa Afif, mengungkapkan bahwa secara nasional, Sulsel saat ini berada di peringkat ketiga provinsi dengan jumlah pelunasan terbesar.

Namun capaian tersebut masih memerlukan dorongan ekstra di tingkat kabupaten dan kota.

Hal ini disebutkan Afif saat ditemui di sela-sela kegiatan Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah Angkatan II (Mandiri) Makassar 2025 di Asrama Haji Sudiang (17/12/2025) malam.

“Jadi se-Indonesia, Sulsel masuk nomor tiga terbesar. Itu juga menjadi catatan bagi Kemenhaj untuk terus mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di jajaran kabupaten kota,” ujar Afif kepada awak media.

Ia menekankan pentingnya peran aktif pemerintah daerah dalam mengajak dan menghubungi jemaah yang telah memenuhi syarat kesehatan agar segera melakukan pelunasan.

“Karena di catatan kesehatan pun yang sudah selesai pemeriksaan sudah lebih 80 persen. Bahkan yang sudah istita’ah itu lebih dari 75 persen. Berarti masih ada potensi jemaah yang melakukan pelunasan tapi sudah istita’ah,” jelasnya.

Saat ini, dari total kuota Sulsel sebanyak 9.110 jemaah, pelunasan baru mencapai sekitar 71 persen. Afif menyebut masih ada waktu empat hari tersisa pada tahap pertama pelunasan.

“71 persen yang sudah lunas ini dari 9.110. Ini masih ada waktu kurang lebih empat hari lagi. Kita optimis dalam empat hari ke depan pelunasan tahap awal ini bisa tercapai maksimal,” katanya.

Pelunasan BPIH 2026 sendiri dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama diperuntukkan bagi jemaah yang masuk alokasi kuota tahun berjalan. Sementara tahap kedua akan diisi oleh jemaah pendamping lansia, penggabungan mahram, disabilitas, pendamping, serta jemaah cadangan.

“Artinya ketika nanti ada jemaah yang statusnya lunas dan batal berangkat, ada cadangan yang siap berangkat. Posisi itu tetap jemaah Sulsel akan full 9.110 yang berangkat ke tanah suci,” tegas Afif.

Bukan hanya itu, Sulsel juga membuka peluang penambahan kuota apabila terdapat provinsi lain yang tidak mampu menyerap jatah haji, khususnya daerah yang terdampak bencana.

“Sekarang kita tahu ada di Sumatera yang terlanda bencana. Ada potensi jemaah yang kemungkinan tidak bisa melakukan pelunasan. Itu kita antisipasi, bagaimana jemaah cadangan di Sulsel bisa lebih aktif melakukan pelunasan sehingga kuotanya bisa dialihkan ke Sulsel,” ungkapnya.

Afif juga menjelaskan bahwa Sulsel mendapat kuota tambahan lebih dari dua ribu jemaah dibanding tahun sebelumnya. Dengan tambahan tersebut, ia menargetkan kuota bisa terpenuhi 100 persen.

Selain itu, Kemenhaj tetap memberikan prioritas khusus bagi jemaah lansia sebesar lima persen dari total kuota, atau sekitar 484 orang.

“Yang masuk prioritas lansia itu usia di atas 65 tahun, diurutkan dari usia tertua sampai mencukupi 484 kuota. Mereka ini sebenarnya belum waktunya berangkat, tapi diberikan percepatan,” jelas Afif.

Ia menambahkan, secara keseluruhan, jemaah lansia dalam kuota Sulsel mencapai sekitar 25 hingga 30 persen dari total 9.110 jemaah.

Sementara itu, Pelaksana Pembimbing Manasik Haji dan Umrah, Prof. Abd Rasyid Masri, menegaskan bahwa perhatian terhadap jemaah lansia menjadi fokus seperti saat masih berada di bawah Kementerian Agama.

“Itu sebabnya ada materi wajib tentang pembimbingan jamaah lanjut usia,” ucap Rasyid di tempat yang sama.

Dikatakan Prof. Rasyid, tantangan terbesar jemaah lansia adalah persoalan kesehatan. Ia menyebut bahwa masih ada jemaah yang lolos seleksi meski kondisi kesehatannya tidak sepenuhnya layak.

“Kalau lansia itu kesehatan. Kadang ada yang lolos seleksi yang sebenarnya tidak layak, tapi cenderung dipaksakan. Ini yang kemudian menimbulkan problem di lapangan,” imbuhnya.

Karena itu, para pembimbing dibekali kemampuan preventif dan psikologis agar mampu mendeteksi gangguan kesehatan sejak dini, termasuk memahami kondisi mental dan emosi jemaah di tanah suci.

“Baru bersin saja sudah bisa terbaca ini ada gejala apa. Jangan tunggu sakit betul. Tindakan preventif jauh lebih efektif,” jelasnya.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar ini bilang, total ada 24 materi yang diberikan kepada pembimbing, termasuk komunikasi massa dan penanganan problem kejiwaan jemaah.

“Kita tahu di tanah suci itu mudah sekali emosi orang. Banyak gesekan, kecemburuan, ketersinggungan. Maka pembimbing harus betul-betul siap,” kuncinya. (Muhsin/fajar)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pria Ngamuk di Jakut Tenteng Parang, Ternyata Gara-gara Narkoba Hilang
• 14 jam laludetik.com
thumb
Jelang Nataru 2025/2026, KAI Daop 1 Jakarta Siapkan 1.732 Perjalanan
• 3 jam laludisway.id
thumb
Sumardji Sebut Performa Timnas U-22 di SEA Games 2025 Sulit Diterima Akal
• 13 jam lalumatamata.com
thumb
Konferda-Konfercab Serentak Dinilai Tegaskan Disiplin-Arah Konsolidasi PDIP
• 10 jam laludetik.com
thumb
KPK Segera Limpahkan Berkas Perkara Noel Ebenezer ke Jaksa
• 10 jam laluviva.co.id
Berhasil disimpan.