Jakarta, tvOnenews.com – DPR RI mendorong pemerintah segera melakukan perbaikan di ekosistem dan industri gula nasional jelang musim tanam tebu.
Hal ini penting dilakukan mengingat kepentingan bangsa yang lebih besar secara jangka panjang akan kebutuhan gula.
Anggota DPR Komisi VI Fraksi PKB, Nasim Khan mengatakan musim tanam tebu sudah dimulai untuk musim panen dan giling 2026.
Melihat situasi saat ini, penguatan industri gula harus menjadi kepentingan strategis untuk kepentingan jangka panjang karena menyangkut ketahanan pangan, keberlanjutan ekonomi pedesaan, serta daya saing industri nasional.
“Perbaikan ekosistem gula nasional bukan hanya soal mengejar target swasembada. Ini adalah kepentingan besar dan jangka panjang bagi ketahanan pangan serta keberlangsungan industri nasional. Tanpa pembenahan menyeluruh, masalah gula akan terus berulang,” kata Nasim kepada awak media, Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Nasim menuturkan industri gula akan terus berada dalam posisi rapuh dan bergantung pada solusi jangka pendek yaitu impor.
”Meningkatkan produktivitas di level petani atau di perkebunan dan produksi di pabrik adalah cara untuk memperkuat pondasi ekosistem gula nasional,” kata Nasim.
Caranya adalah dengan melakukan investasi untuk modernisasi di dua sisi tersebut, Nasim menegaskan bahwa untuk merealisasikannya membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.
”Terlepas ada atau tidaknya target swasembada. Ini adalah upaya perbaikan yang harus dilihat sebagai agenda struktural yang menentukan masa depan industri dan petani tebu dalam jangka panjang,” terangnya.
Modernisasi diperlukan supaya petani lebih mudah dalam menanam dan menghasilkan tebu dengan rendemen yang meningkat.
Begitu juga di pabrik, kata Nasim, saat ini peralatan di produksi banyak yang sudah tua karena mayoritas pabrik gula sudah eksis sejak zaman Belanda.
Ketika produktivitas meningkat, penataan di tata niaga gula akan bisa dijalankan lebih efektif. Gula hasil produksi petani nasional akan semakin berdaya saing baik dari sisi harga maupun kualitas serta jumlah produksi.
”Jadi solusinya tidak tambal sulam seperti sekarang. Ketika daya saing kita meningkat, secara natural seharusnya tidak lagi ketergantungan terhadap impor. Tapi yang terpenting, kita punya ekosistem dan tata niaga gula yang jelas sehingga petani juga lebih bersemangat karena ada kepastian,” ucapnya.




