FAJAR, TORAJA — Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja menjadi salah satu tuan rumah perayaan Natal Nasional 2025 yang dirangkaikan dengan Seminar Natal Nasional. Kegiatan ini digelar di Aula IAKN Toraja, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Kamis, 18 Desember.
Seminar tersebut dihadiri civitas akademika IAKN Toraja serta sejumlah tokoh nasional dan daerah, di antaranya Bupati Toraja Utara Frederik Victor Palimbong, Wakil Bupati Tana Toraja Erianto Laso Paundanan, Rektor Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr. (Hon.) Jonathan L., Ketua STFT Jakarta Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D., Ketua STIKPAR Rantepao Pastor Dr. Agustinus Sem Porak Tangkeliku, S.S., M.Hum., serta Dosen Filsafat Teologi UKI Toraja Pdt. Dr. Hans Lura.
Mengusung tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” dengan subtema “Keluarga Kristen dan Fenomena Judi serta Narkoba dalam Masyarakat,” seminar ini menghadirkan sejumlah pemateri yang membahas persoalan sosial kontemporer yang dihadapi keluarga dan masyarakat.
Rektor IAKN Toraja, Prof. Dr. Agustinus Ruben, M.Th., dalam sambutannya mengajak seluruh peserta untuk menjadikan momentum Natal sebagai panggilan untuk saling peduli.
“Tak peduli kita dari agama apa, suku apa, atau ras apa. Intinya kita semua adalah keluarga. Mari kita saling menolong dalam setiap hal positif,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pendidikan merupakan benteng terakhir masyarakat Toraja dalam menghadapi berbagai pengaruh negatif. “Kita semua sudah banyak terpapar hal-hal negatif, sadar atau tidak sadar. Karena itu, benteng terakhir masyarakat Toraja adalah pendidikan,” katanya.
Menurutnya pendidikan, termasuk pendidikan karakter memegang peran penting dalam melawan persoalan judi dan narkoba.
“Pendidikan dari rumah dan lingkungan terkecil menjadi benteng terakhir untuk melawan berbagai hal buruk, mulai dari judi hingga narkotika,” jelasnya.
Selain isu judi dan narkoba, seminar ini juga membahas dampak negatif penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), media sosial yang berlebihan, persoalan ekologi, komunikasi dalam keharmonisan rumah tangga, hingga nilai-nilai positif adat yang masih relevan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, turut disinggung fenomena di luar negeri terkait legalisasi pernikahan dengan robot dan berbagai dampak sosial yang menyertainya. (edy)




