Paulius menjelaskan bahwa CPPETINDO merupakan bagian dari PT Central Protein Prima Tbk (CPRO), perusahaan dengan core business di sektor akuakultur, mulai dari budi daya ikan dan udang hingga produksi pakan. Ia sendiri telah bergabung dengan grup usaha tersebut sejak 2003 dan mulai menangani unit bisnis pet food sejak 2014.
Baca juga: Industri Kemasan Indonesia Kian Strategis di Tengah Pertumbuhan Pasar Global
Mengacu pada data Euromonitor, Paul menyebut industri pet food di Indonesia mencatat pertumbuhan yang sangat tinggi dalam periode 2019–2024 dengan CAGR sekitar 34%. Lonjakan ini terutama dipicu oleh pandemi Covid-19, yang mendorong peningkatan adopsi hewan peliharaan, khususnya kucing dan anjing.
“Selama pandemi, banyak orang mengadopsi hewan peliharaan. Bahkan muncul efek FOMO tetangga punya kucing, ikut-ikutan. Ini jadi salah satu faktor utama pertumbuhan industri,” ujarnya.
Selain pandemi, pertumbuhan juga ditopang oleh lonjakan populasi kucing yang hampir dua kali lipat dalam periode 2019–2023. Berdasarkan data Euromonitor, total populasi kucing di Indonesia pada 2023 mencapai sekitar 5,1 juta ekor.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah tren humanization of pet, di mana hewan peliharaan diperlakukan sebagai anggota keluarga, sehingga kebutuhan nutrisi, perawatan, dan aksesorisnya menjadi prioritas.
Meski demikian, Paul mengakui bahwa pada 2024–2025 industri pet food mengalami perlambatan. Namun, ia menilai kondisi tersebut sebagai koreksi normal pasca pandemi.
“Masih tumbuh, hanya tidak fantastis saat pandemi. Kami tetap optimistis ke depan,” katanya.
Ia menambahkan, industri pet food terbukti tangguh menghadapi krisis. Saat banyak sektor terpuruk selama pandemi, pabrik CPPETINDO justru beroperasi penuh tiga shift, 24 jam sehari. Tantangan Bahan Baku Dari sisi tantangan, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi perhatian utama karena sekitar 60% bahan baku pet food masih bergantung pada impor. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan berupaya meningkatkan penggunaan bahan baku lokal, termasuk melalui pembinaan industri dalam negeri agar memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan.
“Ini tidak instan. Butuh edukasi panjang, baik untuk kualitas jagung, soybean meal, maupun bahan baku lain,” jelas Paul.
Dalam hal pangsa pasar, perusahaan mengklaim sebagai pemimpin pasar di berbagai kategori, mulai dari pakan ikan, burung, hingga makanan kucing dan anjing. Produksi makanan kucing sendiri dimulai pada 2017, dan pada 2019 perusahaan telah menjadi market leader berkat kapasitas produksi yang besar.
“Market share pasti tidak bisa kami ungkapkan, tetapi sebagai market leader, angkanya minimal di atas 50 persen di masing-masing kategori,” tegas dia.
Setiap tahun, perusahaan rutin meluncurkan produk atau varian baru. Tahun ini, misalnya, perusahaan memperkenalkan produk bowl makanan untuk anjing ras kecil serta melakukan ekspansi kapasitas dengan mengakuisisi lahan di Jawa Tengah. Pabrik baru tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2027 dengan kapasitas awal sekitar 3.000 ton per bulan.
Di sisi ekspor, perusahaan telah menembus tujuh negara, antara lain Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Uni Emirat Arab, Sri Lanka, Pakistan, dan Oman. Meski kontribusi ekspor masih di bawah 5% dari total bisnis, Paul menilai prospeknya cukup menjanjikan dan berencana menambah tiga hingga empat negara tujuan baru di kawasan Asia Tenggara.
“Kawasannya masih di Asia Tenggara,” tegas dia..
Untuk distribusi domestik, perusahaan mengandalkan sistem multi distributor dengan lebih dari 200 agen di seluruh Indonesia. Penjualan masih didominasi jalur offline, terutama pet shop dan pasar tradisional, meski penjualan online tumbuh hampir dua kali lipat setiap tahun melalui official store dan mitra e-commerce.
Dia menargetkan pertumbuhan penjualan diatas proyeksi Euromonitor untuk industri secara keseluruhan relatif konservatif. Dengan fokus pada peningkatan nutrisi, konsistensi kualitas, inovasi produk, serta pemanfaatan teknologi termasuk chatbot berbasis AI bernama Halobot perusahaan yakin dapat mempertahankan kinerja positif di tengah dinamika pasar.
Dia mengatakan di industri pet food, harga bukan faktor utama. Yang lebih penting adalah nutrisi dan kualitas. “Apakah kucing mau makan, sehat, bulunya tidak rontok, dan pencernaannya baik, itu yang menjadi perhatian utama pet lover. Oleh karena itu, pasar ini tidak terlalu sensitif terhadap harga,” tegas dia.
Setiap tahun, Petindo selalu meluncurkan produk atau varian baru. Tahun ini kami meluncurkan bowl makanan anjing untuk anjing ras kecil, seiring meningkatnya populasi anjing ras kecil. Selain itu, kami juga meluncurkan beberapa varian produk kucing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5348741/original/044965300_1757868710-Persija_Jakarta_vs_Bali_United-28.jpg)

