Rumah Budaya Kratonan, Dari Rumah Biasa Menjadi Ruang Singgah

genpi.co
21 jam lalu
Cover Berita

GenPI.co - Kala itu, Langkah saya terhenti di depan sebuah rumah dengan papan bertuliskan Rumah Budaya Kratonan. Bangunan yang terletak di JL. Manduro No.6 ini bukan sekedar rumah biasa, melainkan sebuah ruang yang mempertemukan sejarah, kebudayaan, dan masyarakat.

Dibangun pada 1952, yang dihidupkan kembal sebagai ruang komunitas oleh Krisnina Maharani Akbar Tandjung pada 2016 di bawah Yayasan Warna Warni Indonsia (YYWI).

Daya Tarik utama di sini adalah Galeri Sejarah Surakarta, sebuah rumah joglo yang dibagi menjadi tujuh ruang layaknya babak dalam sebuah cerita.

Pengunjung diajak menelusuri perjalanan sejarah, mulai dari masa kerajaan, kolonialisme, pergerakan nasional, hingga wajah kota saat ini. Penyajiannya tertata rapi, interaktif, dan mudah dipahami oleh semua usia.

“Yang kami hadirkan bukan sekedar pajangan, tapi upaya agar sejarah terasa dekan dan tidak dilupakkan,” ujar Bambang, pemandu galeri.

Galeri ini buka setiap Selasa-Minggu dengan empat sesi tur yang terjadwal. Tiket masuknya pun terbilang terjangkau: Rp15.000 untuk pelajar/mahasiswa dan Rp25.000 untuk umum.

Di samping bangunan joglo, sebuah ruang kecil dengan jendela kayu terbuka mengundang langkah masuk. Di sanalah Perpustakaan Mini berada. Rak-raknya dipenuhi lebih dari 1.200 buku tentang sejarah, budaya, sastra, hingga politik yang bebas dibaca siapa saja.

Beberapa meja dan kursi tersedia, cukup untuk duduk sebentar, membuka buku, dan menikmati jeda sebelum melanjutkan perjalanan.

Tak hanya memanjakan mata lewat arsitekturnya, tempat ini juga menyuguhkan sajian kuliner di Kantin Laras. Masakan Jawa rumahan yang disajikan sederhana namun lezat, dengan harga terjangkau, cocok dinikmati setelah puas menjelajah galeri.

Saya mengikuti saran pegawai dan memesan menu yang paling banyak dipesan di Kantin Laras: lodeh Jawa dan ayam kratonan. Tak lama, hidangan datang ke meja.

Sayur lodeh tersaji hangat, ayam goreng kratonannya baru diangkat, ditemani nasi putih. Suapan pertama langsung terasa akrab. Rasa gurih lodeh dan bumbu ayam goreng yang khas menghadirkan masakan rumahan yang sederhana, tanpa dibuat-buat.

Di tengah lelah berkeliling, sajian seperti ini terasa pas cukup mengenyangkan, cukup menenangkan, sebelum melanjutkan perjalanan.

Seharian berada di Rumah Budaya Kratonan terasa seperti perjalanan yang utuh. Dari menelusuri sejarah di galeri, membuka lembar demi lembar buku di perpustakaan mini, hingga menutup kunjungan dengan masakan rumahan di Kantin Laras.

Hari itu saya pulang dengan cerita, pengetahuan baru, dan perut yang ikut dimanjakan.

Namun, Rumah Budaya Kratonan bukan hanya soal melihat dan menikmati. Beragam aktivitas juga tersedia, mulai dari workshop kerajinan, kelas tari dan karawitan, yoga, les belajar, hingga ruang publik yang bisa digunakan masyarakat melalui sistem reservasi.

Tempat ini memberi ruang bagi siapa saja yang ingin belajar, berkarya, atau sekadar singgah sejenak dari hiruk pikuk kota. Informasi kegiatan dapat diakses melalui Instagram @rumahbudayakratonan.

Dari kunjungan ini, saya menyadari satu hal: kesempurnaan tidak selalu datang dari hal yang besar. Di Rumah Budaya Kratonan, hal-hal sederhana justru dirawat dengan penuh ketulusan—dan di situlah daya tariknya. (Alenkha Thealova)

 

 

Simak video berikut ini:


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
BPH Migas dan Pertamina Pastikan Distribusi BBM di Pidie dan Pidie Jaya Aman Pasca Bencana
• 9 jam lalupantau.com
thumb
"Jakarta Drum Corps International" langkah DKI jadi kota global
• 5 jam laluantaranews.com
thumb
KPK Sita Uang Rp 900 Juta dalam OTT di Banten
• 23 jam lalukompas.com
thumb
Marak Jual Beli Kendaraan STNK Only, OJK Beri Peringatan Ini
• 23 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
Sinopsis CINTA SEDALAM RINDU SCTV Episode 165, Hari Ini Kamis 18 Desember 2025: Cemburu Galaxy Memuncak Saat Aluna Diantar Revan Pulang
• 21 jam lalutabloidbintang.com
Berhasil disimpan.