Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Margomulyo di Kalurahan Margomulyo, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman, memiliki cara unik dalam mengelola sampah dapurnya. Mereka mengolah sampah itu menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Limbah sampah dapur SPPG yang anorganik dikolaborasikan dengan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) di Murangan Sleman. Di sana sampah-sampah diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan.
"Kita ubah sampah plastik, sisa masker segala macam itu menjadi bio solar ramah lingkungan," kata Kepala SPPG Margomulyo, Joni Prasetyo.
Untuk sampah organik, SPPG ini bekerja sama dengan salah satu masjid di Sleman untuk diubah jadi pakan ternak, pupuk kompos, dan lain sebagainya melalui sumur resapan biopori.
Sumur resapan biopori adalah lubang vertikal silindris di tanah yang diisi sampah organik untuk meningkatkan daya serap air hujan, menambah air tanah, mencegah genangan, dan menghasilkan kompos alami berkat aktivitas biota tanah seperti cacing, rayap, dan lainnya, yang menciptakan pori-pori alami, sehingga mengatasi banjir dan mengembalikan air ke dalam tanah dengan cara sederhana dan ramah lingkungan.
"Di sini juga ada 17 sumur resapan yang kami sediakan untuk biopori. Dari penyiapan bahan bakunya kita kebermanfaatan, hingga sampai sisa sampahnya kita pikirkan tetap bermanfaat," bebernya.
Semangat Kebermanfaatan bagi Masyarakat dan Lingkungan
Sebagai dapur penyedia layanan makan bergizi gratis, SPPG ini bukan hanya melayani para penerima manfaat. SPPG Margomulyo juga memberdayakan warga dan lingkungan sekitarnya.
"Terutama bagi teman-teman relawan. Karena relawan di SPPG Margomulyo, pekerjanya warga sekitar. Hampir 90 persen warga sekitar," kata Joni.
Misalnya saja, soal pasokan telur untuk menu MBG, didapat dari peternakan sekitar. Buah-buahan serta sayur juga berasal dari petani sekitar.
"Bahan baku seluruh yang masuk di SPPG pemberdayaan hasil pertanian, peternakan yang dihimpun dari BUMKal masing-masing di Kapanewon Seyegan," katanya.
Joni pun tak henti-hentinya mengingatkan mitra agar senantiasa menjaga kualitasnya. Dia tak segan menolak, apabila yang dipasok bukan bahan berkualitas.
"Tidak hanya sekadar menerima barang. Misal telur, jadi kami sudah pikirkan kalau telur sampai ke kami ada bekas cucukan (patok) ayam kecil satu aja, kami pastikan akan kami kembalikan semua satu kotak. Kami ingin memastikan dan ingin memberikan edukasi jenengan (anda) mau suplai ke kami tolong pastikan bagus dan berkualitas," katanya.
Joni percaya, bahan baku yang berkualitas itu akan menghasilkan menu makanan yang berkualitas.
Berdayakan Warga Sekitar
SPPG ini juga memberdayakan warga sekitar dalam kegiatan operasionalnya.
Mayoritas relawan adalah ibu-ibu sekitar yang kini punya ruang untuk berkarya, berpenghasilan, dan tetap dekat dengan keluarga.
Joni mengatakan hampir seluruh pekerja di SPPG ini adalah warga sekitar. Total pekerjanya mencapai 50 orang, mayoritas perempuan.
"Karena relawan di SPPG Margomulyo, pekerjanya warga sekitar. Hampir 90 persen warga sekitar," kata Joni.
"Relawan ada 47, lalu ada kami di office itu 3 orang. Terus ada keamanan 2 orang. Kurang lebih 52 pekerja," kata Joni.
SPPG ini memiliki slogan "sehat, cerdas, dan ceria". Slogan ini sejak awal ditanamkan Joni kepada para pekerja di SPPG. Termasuk kepada dirinya sendiri. Sehat berarti bekerja harus sehat secara fisik dan mental.
"Karena mereka itu bekerja untuk menyehatkan penerima manfaat dari apa yang dia olah. Termasuk bahan-bahannya juga harus dipilih yang sehat," jelasnya.
Yang kedua adalah cerdas. Para pekerja harus mengatur waktu sebaik-baiknya agar pekerjaan tepat waktu. Ini penting karena program ini dinantikan para murid. "Agar bekerja juga efisien. Banyak pekerjaan tapi bisa dibagi. Lalu hasilnya nanti apa yang diolah bisa mencerdaskan karena ada gizinya," bebernya.
Selanjutnya adalah ceria. Suasana hati harus baik karena akan mempengaruhi hasil sebuah masakan.
"Ternyata program ini juga membawa keceriaan. Bagi pekerja karena dia mendapatkan gaji, kesempatan bekerja. Juga bagi penerima manfaat, ketika mobil MBG datang ke sekolah-sekolah anak-anak berlarian. Lalu bertanya menunya hari ini apa. Keceriaan anak-anak hampir kami temui tiap hari," ujarnya.




